Lempeng Juruh, satu kuliner unik yang saya temukan di Pasar Kangen Jogja. Jajanan berwarna cokelat, krispi, dan cukup besar ini memang pantas untuk dinikmati. Berbahan dasar singkong, ia diolah menjadi sangat tipis dan berbentuk persegi panjang yang menambah keseruan para pengunjung Pasar Kangen Jogja. Kuliner ini menambah sensasi jadoel yang membuat setiap orang dewasa rindu akan masa kecilnya, tak terkecuali saya.
Jajanan lawas ini dulunya bisa kita nikmati di beberapa tempat, seperti di depan sekolah, di pasar tradisional, ataupun pasar-pasar tiban saat event tertentu. Nah, pada perayaan Pasar Kangen di Jogja, lempeng juruh kembali menjadi primadona lantaran ditawarkan di “Warung Moro Lego” milik suami istri Kris-Lita.
Tak hanya lempeng juruh, warung mini ini juga diramaikan dengan beragam makanan dan minuman ‘tempoe doeloe’ yang kebanyakan berasal dari Jogja.
Pasar Kangen Jogja selalu pengunjung selalu dipadati pengunjung dari tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan koleksi kuliner yang sangat menggoda, banyak penjual kipas-kipas lantaran dagangannya laris-manis, tak terkecuali “Warung Moro Lego” ini. Tahu gak, jajanan lawas ini sempat mengundang perhatian pengunjung bahkan sempat menjadi viral di media sosial Jogja dan sekitarnya, loh. Sebenarnya, bagaimana sih ceritanya makanan jadul ini bisa populer lagi?
Lempeng Juruh Menjadi Teman Saat Menikmati Hiburan
Saat berbincang dengan Lita, owner warung “Moro Lego”, ia menjelaskan bahwa ide jualan lempeng juruh ini adalah hasil dari flashback-nya di masa lalu. Selama beberapa tahun terakhir, ia dan suami selalu mengunjungi event Pasar Kangen dari tahun ke tahun. Sambil menikmati kuliner, ia temukan bahwa kebanyakan yang dijual di pasar ini adalah jajanan tradisional.
1. Pengalaman Masa Kecil
Menolak lupa akan jajanannya di masa kecil, tebersitlah lempeng juruh yang sempat menjadi primadona di masa lalu. Dulu, setiap 17 Agustus-an, selalu saja ada acara panggung hiburan di mana di kanan-kirinya selalu dipenuhi oleh para bakul (pedagang) makanan tradisonal dengan harga murah meriah.
Jajanan yang dijual memang beraneka ragam, di antaranya sate kere (sate gajih), siomay, dan lempeng juruh. Terekam di memorinya bahwa aneka makanan tradisional ini biasanya dijual oleh simbok-simbok (ibu-ibu) yang membawa bakul. Meriah juga ya acara kampung di masa lalu.
2. Tidak Boleh Jajan Sembarangan
Lita melanjutkan, dulu saat ia masih kecil, ibunya selalu mendisiplinkannya untuk tak jajan di luar, tak seperti teman-temannya. Terpaksanya ingin jajan, saat duduk di bangku kelas 3 SD, ia diberi sang ibu uang Rp. 50,- untuk jajan sesuai pilihannya.
Nah, dia berpikir uang segitu buat beli apa ya? Kebanyakan camilan harganya lebih dari itu, cepat habis dan gak bikin kenyang tentunya. Suatu ketika dilihatlah lempeng-lempeng besar di atas bakul simbok-simbok, ia dekati lalu tertariklah ia untuk menikmatinya. Murah tapi dapat jajanan yang gede. Hehehe…
Baca juga: La Mian, ‘Mie Tarik’ ala China yang Enak Banget
“Nek mangan lempeng dulat-dulit ra entek-entek (kalau makan lempeng colak colek gak habis-habis…),” ucap Lita saat menjelaskan begitu menariknya jajan tradisional ini di masa lalunya. Ya, colak-colek itu maksudnya adalah colak-colek juruh (gula jawa yang dicairkan ditambah rempah penambah rasa) yang dialirkan di atas lempeng tadi. Harapannya, lempeng juruh ini memberikan porsi lebih bagi penikmatnya, dan selalu menjadi teman saat menikmati hiburan panggung di Pasar kangen kali ini.
Lempeng Juruh “Moro Lego” Dijual Murah Meriah
Begitulah cerita unik Lita dan suami tentang jajanan tradisional yang sengaja mereka populerkan kembali. Dibantu oleh sang Ibu yang aktif hunting bahan makanan kuno (jadul) untuk bisa “dipamerkan” di event ini, mereka tampak antusias untuk mengajak para pengunjung bernostalgia dengan jajanan tempo dulu yang tak kalah menarik dengan jajanan kekinian.
1. Jualan Klethik-klethik tradisional
Selain lempeng juruh, stand mereka juga menyediakan jajanan kuno lainnya, seperti klethik-klethik jawa, bolu emprit, sate kolang-kaling, kue satus, dan geplak pupur. Adapun minuman yang tak kalah menarik, di antaranya es campur yang istimewa karena sirupnya ia buat sendiri serta menggunakan buah asli Indonesia, seperti bengkoang, nanas, dan kolang-kaling.
Bahan baku lempeng juruh ia dapatkan dari seorang perajin lempeng original di mana bentuk dan ukurannya benar-benar sama sesuai dengan memorinya di masa lalu. Dimensi besar, persegi panjang dengan ukuran kira-kira 30 x 15 cm serta dominasi rasa gurih dan manis, itulah keistimewaannya.
2. Siapkan Rp. 3.000,- saja!
Dipadupadankan dengan manisnya gula jawa kualitas terbaik, lempeng juruh buatan Lita memang sungguh menggoyang lidah. Tak heran jika warung mininya ini selalu dipadati pembeli karena harganya yang murah meriah, yaitu kisaran Rp 3.000,- per lembar lempeng dan hebatnya mereka rela antre panjang lho hanya demi menikmati jajanan kuno ini.
Pada hari pertama event Pasar Kangen ini, Lita sukses menjual 400 lembar lempeng. Saat weekend (Sabtu dan Minggu), ia sediakan 1.000 lempeng per hari dan ludes dibeli pengunjung yang membeludak. Biasanya ia menggoreng lempeng mulai jam 3 sore dan terus menggoreng hingga tak ada pengunjung lagi yang beli.
Omzet dari penjualan lempeng juruh ini lumayan bagus, terbukti dari antusias masyarakat saat yang rela antre untuk menikmatinya. “Banyak pengunjung kecewa jika datangnya malam hari karena lempeng juruh sudah pasti habis…,” tegasnya. Semua makanan yang diolahnya berbahan dasar alami, tanpa bahan sintesis/kimia. Selain itu, dagangannya juga diolah secara higienis sehingga aman dikonsumsi oleh siapa saja.
Lempeng juruh, terakhir saya nikmati saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Dan kemarin, saya dipaksa bernostalgia saat merasakan gigitan demi gigitan kuliner gurih-manis ini. Rontokan serpihan lempeng mengotori lantai di mana saya berdiri, sisa-sisa juruh menodai baju yang saya kenakan. Disitulah sensasinya. Terobati sudah rasa kangen saya dengan satu jajanan kuno yang sempat hits di masa lalu. Kapan kamu menikmatinya kembali?
***
Tulisan ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan Judul Nostalgia “Lempeng Juruh”, Jajanan Primadona saat Saya Masih SD
Kapan ke sana lagi?
Yuk kak bareng 😎
Pasar kangen yang selalu bikin kangen..
Betul mb Sapti, karena adanya cuma setahun sekali. Makasih dah mampir 😀
Wah ini…..makanan yg aku juga baru coba di Pasar Kangen. Kalo selain di Pasar Kangen, masih bisa dibeli di mana ya mbak?
Nah itu mbak, aq jg gak tahu 😆😆
Aku sukaaa lempeng ini, unik rasanya kl dituangi gula merah cair. Sayangnya penjualnya cuma keliling, jadi kl ga rejeki ketemu, ga bisa beli lempengnya.
Woalah, sampai skrg masih ada yg ider jualan ini?
Kyaa, aku juga suka.. Tapi sekarang udah jarang yg jualan, ya.. ad yg jualan, tp enggak jual sepaket ama juruhnya.. dan pasar kangen itu emang buat ngobatin kangen ya…
Bener bgt Mb Nisyaa… waktu SD aq dulu suka beli ini je. Jd kyk nostalgia GT 🤩
aq suka lempeng sih, tp kl yg ad juruhnya blm pnh cb.. enak po mb?
Enak mb. Jajanan jaman cilik, dulu waktu SD mungkin km jg sering beli.
Dannn aku terlewat lagi event pasar kangen kali ini 🙈
Wahahah… Thn depan masih ada lagi kok. Semoga 😍
Murahnya yaaa. Jadi pengen nyoba main ke sana.
Next event th depan ayo mampir ke pasar kangen Jogja mbak 😎
Manis2 gurih gt ya mbak, dan lagi lempengnya lebar gt waaawaaaawaaaa
Wkwkkwkw jadi ingat bodiku. Lebaarrr 🤣
Aku ketemu sama lempeng juruh ini malah di pasar kangen. Kayanya favorit rang orang bangettt
Kemarin habis berapa lempeng kakak? Aku sekali makan sih dua 😁