Saat ini, tren makan mie semakin berkembang sehingga tak heran jika kulineran mie kini menjamur, diantaranya mie ramen yang berasal dari China ataupun mie Udon yang berasal dari Jepang. Untuk dua mie nikmat di atas, tentu sudah sempat saya icip 😀 Terakhir, ada lagi satu jenis mie unik, dibuat secara langsung oleh tangan chef yang lihai dalam meregangkan, memutar, dan menarik adonan mie. Saya bocorin ya, ini namanya La Mian—dia langsung bikin saya jatuh hati, beneran.
Sedari kecil saya sudah dikenalkan mie oleh orang tua saya. Ya, mie yang diolah di rumah memang beranekaragam; ada sajian mie kuning, bihun, mie jagung, mie soun dan tentu saja, mie instan. Hihihi… Saking doyannya mie, dulu ibu kalau memasak mie rebus atau mie goreng bisa satu wajan gedhe dan itu selalu habis dilahap orang serumah loh 😀
Berbicara tentang asal-usulnya, penemu mie itu sebenarnya siapa sih? Walau di beberapa kalangan masih menjadi perdebatan, dipercaya bahwa pembuat mie untuk pertama kalinya adalah penduduk China modern. Daaaaaan ada uniknya nih. Jika dimaknai sesuai filosofi, mie itu ternyata diartikan sebagai sebuah simbol kehidupan yang panjang (seperti bentuknya). Di China, mie memiliki ‘level tinggi’ dalam deretan hidangan makanan lezat, bahkan selalu disajikan pada peringatan hari-hari besar. Begitu pun di negara Jepang, membuat mie adalah sebuah aktivitas yang memiliki nilai seni tinggi.
Kembali lagi ke La Mian, ia adalah satu jenis mie yang dianggap tertua oleh negara China. Jenis mie yang sering disebut dengan ‘mie tarik’ ini dibuat dari tepung terigu, telur dan garam. Bayangkan saja, seorang chef membuat adonan mie hingga kalis, lalu adonan tersebut diangkat, dipelintir, ditarik sampai panjang, dipotong-potong lalu nanti ditarik lagi memanjang dan digabungin secara kontinyu hingga membentuk puluhan helai mie pipih.
Finally, mie dimasukkan dalam air mendidih dan direbus sekitar 30 detik saja, angkat lalu ditiriskan. Sekali lagi, mie legendaris ini memiliki keunikan karena diproduksi dengan teknik bare-hands, yaitu dibuat dengan tangan kosong tanpa bantuan mesin sama sekali. Setelah matang, mie mau dicampur dengan bumbu atau toping daging tertentu, bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Mau disajikan kering atau dengan kuah, semua tetap nikmat saat bersentuhan dengan lidah. Hihihi…
(Video proses pembuatan La Mian – Dok.Pri-youtube)
Tepung terigu berprotein tinggi lebih disarankan untuk memproduksi La Mian karena akan membuat adonan mie lebih mudah ditarik. Seperti yang ada dalam video di atas, mie ditarik berulang-ulang hingga tipis sehingga butuh campuran bahan khusus saat membuat adonan. Oh ya, ada pula May, ini sejenis tepung beras yang juga sering dimanfaatkan sebagai campuran adonan agar mie lebih kuat dan tak mudah putus.
Berbicara mengenai tekstur, mie yang sering kita nikmati beragam bentuknya; ada yang tebal, tipis, bulat, dan ada pula yang pipih. Mie sendiri tak hanya dibuat dari gandum, namun beras juga menjadi bahan baku untuk mie tertentu. Tentang hal ini, masing-masing memiliki sejarah, dan semua disesuaikan dengan perkembangannya di daerah masing-masing. Untuk La Mian sendiri, ia memiliki tekstur yang tipis sehingga tidak terasa eneg saat dikonsumsi.
Dalam penyajiannya, La Mian yang memiliki rasa gurih sebenarnya tak lagi membutuhkan bahan penyedap. Namun di zaman sekarang, kreasi olahan La Mian semakin berkembang sehingga penyajiannya dikemas dalam beragam rasa dan rupa. La Mian sering disajikan dengan toping potongan daging tertentu dan sayur-sayuran sehingga citarasanya makin sempurna.
Nah, beberapa waktu lalu, saya sempat dibuat kagum oleh atraksi seorang Executive Chef, Ramadian NR, yang mendemonstrasikan keahliannya dalam menyajikan mie tarik yang lezat, kenyal dan bercita rasa tinggi. Saya bisa melihat langsung bagaimana dia membuat mie fresh dari adonan yang lembut dan lentur, bahkan tanpa bahan pengawet. Hal ini pun menyadarkan saya, La Mian memang harus dibuat oleh chef yang sudah berpengalaman karena dibutuhkan keterampilan tinggi—tentu ini tak mudah dilakukan oleh sembarang orang.
Yang bikin ngiler adalah bahwa La Mian modern versi hotel GAIA Cosmo Jogja ini disajikan dengan pangsit kuah, pangsit goreng, sayuran, dan semangkuk sup. Saya melihat ada beberapa pilihan rasa kekinian yang ditawarkan, yaitu Chicken Mushroom (ayam dan jamur), Curried Chicken (ayam bumbu kari), Seafood Tom Yum (Tom Yum dengan ikan, cumi, dan udang), dan Cantonese Beef (daging sapi dengan bumbu kanton). Jangan tanya rasanya, karena saya bakal bilang ‘enak dan enakkkkk bangetzzzz’ 😀
Bagaimana, sudah mulai penasaran dengan La Mian? Lalu untuk kandungan gizinya, sehatkah dikonsumsi? Masalah nutrisi pada La Mian, jangan khawatir deh. Mie legendaris ini mengandung beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari sumber yang saya baca, zat gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, kalsium, kalium, zat besi, magnesium serta vitamin A, C, D, B6, B12 terkandung pada La Mian dan ini bermanfaat sebagai asupan nutrisi dalam tubuh. Selain itu, La Mian juga dapat mengontrol berat badan, menambah nafsu makan serta sebagai sumber energi tubuh sehingga dapat melancarkan aktivitas sehari-hari.
Nah, sudah siap icip mie La Mian yang menyehatkan ini? Pokoke dijamin nikmat plus yummy 😀
***
Tulisan ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan Judul Nikmatnya La Mian, ‘Mie Tarik’ ala China yang Diolah dengan Seni Bare-Hands.
baru tahu saya setinggi itu levelnya mie di negara China dan Jepang. filosofinya dalam banget ya, saya makan, makan aja ga kepikiran sejauh itu maknanya. gagal fokus sama mienya Mba dan juga sayurannya, aouto laper. ternyata masuk di sebuah menu hotel, pantesan ya sampai kebutuhan gizinya bisa diukur dengan baik. kapan-kapan bisa coba, menunya itu bisa dibeli kapan saja ya Mba di hotel atau dia ada jam tertentu, misal di jam breakfast, lunch atau dinner saja?
Iya mbak. La Mian emang penuh filosofi. Waktu makan jadi bangga gitu & seneng rasanya. Hehe… Dulu sih kayaknya cuma disajikan setiap Kamis. Tp coba hubungi dulu restonya, apakah sudah ada perubahan.
Hmmm bikin ngiler nih mie nya. Itu nyoba yang rasa apa mb? Cantonese beef kah?
Iya mbak kayaknya. Aku kok lupa. Beberapa foto ilang keterangannya ya. Nanti aku lengkapi dulu… Makasih ya malah diingatkan. Hihi
Aku yang tidak suka mie, begitu lihat gambar ini jadi penginnnnn hehehe..
Penyajiannya cakep, kelihatannya rasanya enak and yummy 🙂
Wahahhaah let’s go mbak Wiwin icip… Sblmnya tapi tanya dulu, menu ini soalnya gak tiap hari disajikan. Hanya di Ahri tertentu saja. 😎
Ada referensi lain bagi pecinta mie. Aku suka mie instan wkwk itu gak sehat emang. Jd aku sangat membatasi
Hahahah nah. Itu katanya emang gak sehat. Konsumsi boleh, tapi jangan sering2 kak. Kalau bisa yang fresh saja 😍
Biasanya mie yang dibuat dadakan itu lebih enak, karena fresh banget… Kalau diproses lagi jadi menu lain tambah enak~ kayak mie ayam itu bikin ngiler deh, salah nih aku BW pagi pagi gini, hihi…
Betul mbak. Fresh dan nikmat banget. Rasa topingnya juga bumbunya nendang. Pokoknya rekomended 😍
Wahhh favorit bangetlah kalau soal mie-mie an, terutama mie ayam dan bakso. Btw itu bapak chefnya buat mie butuh skill yg pastinya keren. Ku juga pengen bisa nyicip mie yg katanya gak bikin eneg ini 😀
Iyo mbak. Hanya chef profesional yang bisa bikin kek gini. Btw, bakso dan mie ayam juga kesukaanku bgt tuh 😎
Sebagai penggemar mie aku jadi tertarik buat icipin nih mbak, terlihat sangat nikmat.
Hahaha ayo mbak mampir. 🥳