Noe Coffee and Kitchen – Setiap hal memiliki rasa. Saya, adalah seseorang yang juga kerapkali melakukan sesuatu dengan ‘rasa’. Karena sensitif terhadap rasa, kaki ini selalu berusaha mengejar sebuah suasana nyaman, jauh dari keriuhan dan membuat hati tenang. Yaaaa, tenang dalam artian bisa merasakan kedamaian, terutama jiwa, yang sangat sulit saya dapatkan saat sibuk di depan layar komputer kantor.
Kemarin saya sempat menghirup udara segar serta memandangi dinding-dinding pembatas bernuansa sephia, makin suka karena dipercantik dengan aroma ‘vintage’. Awalnya gak percaya, lama-lama menikmatinya, tempat ngopinya kok bikin betah berlama-lama…?
Nuansa Klasik Noe Coffee and Kitchen yang Bikin Rindu
Kaki berjalan menuju kerumunan anak muda yang sedang nongkrong asik sambil membahas hal-hal unik—pokoknya bla bla bla bla. Sedikit risih juga saat melewati banyak kepala, tapi mau gimana lagi, kawan-kawan sudah tampak menunggu di dalam 😀 Saat membuka pintu masuk, nuansa klasik langsung merasuk di kepala.
Saya pandangi tiap sudut tempat itu—mata saya berlari liar kesana-kesini menikmati setiap benda yang terpajang. Tak terasa simpul senyum menghias wajah, lalu saya hampiri mereka yang sudah duduk manja di sofa-sofa empuk yang homey banget, salah satu sudut nikmatnya Noe Coffee and Kitchen.
Seperti biasa, cipika cipiki seakan menjadi kode etik saat kami bersua. Di sini saya belajar, mencintai sahabat itu tak melulu harus selalu bersama, tak harus selalu bertatap muka. Ini akan membangkitkan sebuah kerinduan dan itulah yang membuat hati kami tak pernah ‘putus’, walaupun terhias beberapa masalah kecil, kadangkala.
Di satu sudut ruang, persis di depan para barista Noe Coffee and Kitchen melakukan atraksi, sebuah miniatur kuda yang berjungkat-jungkit saya gerakkan dengan satu dua jari. Saya senang, dan seakan ia berbicara pada saya, “mainkan aku sesukamu, jika itu bisa melepas rindu”. Hihihi… kayak gini yang bikin tersenyum lagi, ahhh imajinasi memang kadang gila.
Noe Coffee and Kitchen Memanjakan para Penggemar Kopi
Saat kembali ke sofa, deretan kopi cantik sudah terhias di atas meja. Sejenis latte, ya, sepertinya ini yang memang saya pesan sebelumnya. Ada yang berbentuk panda, ada pula yang flora—tampak cantik di mata. Mango Chee juga tak lepas dari pandangan saya—paduan rasa mangga, leci dan apelnya sungguh membawa sensasi rasa yang tak biasa.
Sebelum sruput kopi dikerahkan, aktivitas jeprat sana jepret sini seakan sudah menjadi tradisi lama—tak hanya sebagai dokumentasi saja, tapi sebagai modal eksistensi di media sosial, bahwa kami pernah menghabiskan waktu di sana… #hokyaaa 😀 Eh, jangan lupa juga, ada banyak spot wisata Jogja yang tak boleh terlewat saat kamu liburan di kota pelajar ini.
Baca juga: Wisata Malam di Jogja, Alun-Alun Kidul Punya Banyak Cerita
“Kopinya enak ya….”, cletuk seorang kawan yang bisa saya katakan ‘rock banget’ penampilannya. Beberapa dari kami, ada penikmat kopi sejati, dimana mereka berani untuk menyentuhkan lidah dengan kopi pahit yang secara perlahan diproses oleh barista, tetes demi tetes.
Tentang kenikmatan yang satu ini, saya angkat tangan. Lidah saya belum bersahabat dengan kopi pahit, tak heran mereka sering lempar ledekan saat saya menikmati kopi ala-ala saya, “tu kopi apa sirup ta…?” Ha..ha..ha…
Desain Interior yang Unik dan Menarik
Beranjak dari kenyamanan, saya langkahkan kaki ke sudut lain di Noe Coffee and Kitchen. Dibangun dengan desain interior yang unik-unik manja, saya lihat mereka betah untuk nongkrong berjam-jam, saling lepas tawa.
Ada tiga ruang utama yang ditawarkan, yaitu ruang smoking, ini ada di paling depan, dan penghuninya langsung bisa menikmati keramaian kota ala-ala Jogja. Lalu ada ruang ber-AC, dimana ini adalah tempat favorit pengunjung, termasuk saya, karena selain aman dari asap rokok, ruangan ini hadirkan nuansa seperti di rumah sana.
Sofanya empuk, saya mungkin bisa melayang ke alam mimpi jika tak mendengar cerita-cerita indah, dari mereka. Satu lagi, di bagian belakang, ada coworking space, dimana ini sering dimanfaatkan beberapa orang untuk mengadakan interaksi lebih intim dengan rekan seperjuangan, mungkin belajar atau dalam hal pekerjaan.
Nuansa bar juga terasa saat mata memandang di satu bagian tengah dari ruang utama. Ada beberapa media hiburan yang bisa dimanfaatkan sambil menunggu makanan dihidangkan oleh mas-mas berbaju hitam.
Tahu gak, ada papan catur bermotif mirip dalmation yang tergeletak di atas meja bar, setiap yang berkunjung bisa memainkannya. Ada pula deretan buku di rak yang bisa dibaca bebas oleh pecintanya, asal kembali lagi ke tempat semula, setelahnya.
Sajian Istimewa yang Mengundang Selera
Tak sekadar ngopi, kami pun menikmati makanan berat yang rasanya tak kalah istimewa, menurut saya. Menu ‘Chicken Rice with Sambal Matah’ menjadi favorit saya. Bak lava gunung, lelehan kuning telur mata sapi yang gurih itu semakin membawa kenikmatan maksimal—gara-gara sambal matahnya juga sih ini, kayaknya 😀
Yang doyan nyamil-nyamil ‘kenyang’, Cheezy Fries juga sempat membuat lidah saya bergoyang dumang. Gak percaya? Hihihi… Oh ya, sedikit cerita, saya pernah loh icip makanan unik, dimana makanan modern yang tersaji tuh semua dibuat dari tempe. Walaupun dari tempe, tapi punya citarasa yang tinggi loh.
Baca juga : Sukses Goyang Lidah Dengan Olahan Tempe Yang Anti Mainstream
Ahhh… sudahlah. Ngomongin sajiannya malah bikin saya pingin ngulang lagi ke Noe Coffee and Kitchen 😀 hehehe… Sedap dipandang mata, pun kafenya strategis banget buat berjumpa dengan mereka. Tengah kota, ramai dan yang pasti durasi bukanya puanjaaaanggg, yaitu mulai jam 9 pagi sampai 2 pagi lagi. Ini baru gilaaa 😀
Saudara-saudara saya yang dari luar kota kan hobi banget ya dadakan ke Jogja. Kapanpun mereka ajak nongkrong, kini gak lagi kebingungan. Mana lagi yang akan menyediakan tempat fleksibel untuk memanjakan jiwa?
Akhirnya, Malam Menjelang….
Ah.. tak terasa hari itu makin larut, tapi Noe Coffee & Kitchen justru makin bersinar karena dihujani cahaya dari barisan lampu-lampu temaram yang hadirkan nuansa makin klasik. Saya? Masih saja betah mengadu kenangan di ruang romantis ini. Seakan tak rela menyudahi semuanya.
Menyudahi gurauan di kehangatan Noe Coffee and Kitchen bersama mereka. Menyudahi nuansa vintage yang menenangkan jiwa. Menyudahi lirikan ke beberapa aksesoris berbentuk ‘kepala rusa’—mengandung filosofi dan doa, dimana tempat ini semoga kelak makin berkembang dan menebarkan banyak cinta kepada setiap orang yang mendatanginya. Seperti tanduk rusa, kira-kira.
Ya sudah. Saya memang benar-benar harus menyudahi semuanya. Tapi hanya kamoe dan Noe, kenangan yang takkan terlupa.
Riana Dewie
***
Tulisan ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan Judul Secuil Kenangan tentang Saya, Rasa dan Noe
Latte-nya lucu mb, karakter hewan gitu. Biasanya kalo aku pesen latte di Coffeeshop bentuknya mainstream daun
Hahhaha iya mbak memang. So, jadi sayang mau diseruput 😂
Pernah sekali nongkrong di Noe Kitchen, emang dekorasinya klasik tapi pas buat tongkrongan bocah2 milenial haha
Dulu aku lebih milih di bagian luar kedainya sih pas ngopi, sambil memandang gerimis yg turun wkwkwk
Cie. Endingnya syahdu gitu yaa. Hihihi… Weh. Bak, dirimu kan generasi milenial juga 😎
Cozy banget tempatnya kayaknya Mba dan instagramable sekaliiiiihhh, bisa jadi alternatif buat hang out bareng temen niy dan saya gagal fokus sama cangkir kopinya, bagus warnanya 😊
Hahha iya mbak. Asyik banget buat nongky bareng tmn2. Cobain deh mbak mampir kesini 😍
Waaahh aku ketinggalan ni, Noe Kitchen malah baru denger. Kayaknya tempatnya asyik ya say. Pengin ah kaoan2 cobain.