Waspada Gejala GERD! Inilah Perbedaan GERD dan Asam Lambung

Saya punya riwayat asam lambung sejak lama. Kalo lagi kambuh, rasanya bisa bikin satu hari saya hancur mood-nya. Penyebabnya juga sering berubah-ubah. Kadang karena makan pedas, kadang karena telat makan, tapi paling sering justru karena stress. Jujur, saya ini punya kecerdasan emosi yang masih kurang stabil, jadi begitu pikiran saya ruwet, lambung langsung ikut rewel.

Di dompet, saya selalu sedia obat maag tablet yang gampang diminum kapan aja. Ini jadi penyelamat ketika gejala datang tiba-tiba. Dari pengalaman sering kambuh itu, saya akhirnya mulai memahami gejala gerd, juga perbedaan gerd dan asam lambung dari sudut pandang tubuh saya sendiri.

 

Ketika Lambung Mulai Protes

Gejala yang Muncul Tanpa Permisi

Setiap kali kambuh, gejala gerd atau asam lambung hampir selalu sama: perut bagian atas terasa penuh, kayak ada udara yang kejebak. Kadang ada sensasi panas naik ke dada, sampai ke tenggorokan. Kalo sudah kayak gitu, saya cuma bisa duduk diam sambil nyari posisi paling nyaman.

Biasanya saya juga merasakan dada yang agak sesak. Awal-awal saya sempat panik karena takut ada masalah jantung. Tapi setelah beberapa kali konsultasi, saya mulai bisa membedakan mana sesak karena asam lambung, mana yang bukan.

Yang paling parah justru saat stress tinggi. Saya merasa pikiran itu punya jalur langsung ke lambung. Begitu ada masalah, perut kayak bilang, “aku juga ikut lelah, nih.”

 

Kenapa Stress Sangat Berpengaruh?

Emosi Gak Stabil, Lambung Ikut Rewel

Awalnya saya pikir asam lambung cuma dipengaruhi makanan. Tapi setelah ngobrol dengan dokter, saya sadar stress itu pemicu besar. Stress bisa meningkatkan produksi asam lambung dan membuat tubuh lebih sensitif terhadap rasa perih.

Sejak itu saya mulai mencoba mengatur napas, tidur lebih teratur, dan mengurangi pikiran negatif. Memang gak langsung sembuh, tapi frekuensi kambuhnya jadi jauh lebih berkurang.

 

Perbedaan GERD dan Asam Lambung Menurut Pengalaman Saya

Mana yang “Naik”, Mana yang “Perutnya”

Ini bagian yang sering bikin bingung orang-orang, termasuk saya dulu. Dari pengalaman pribadi:

1. Asam lambung naik biasa lebih terasa di perut. Sakit ulu hati, begah, dan mual biasanya jadi tanda utama.

2. GERD terasa lebih ke dada dan tenggorokan. Ada sensasi panas naik, mulut terasa pahit, dan kadang muncul batuk tanpa sebab.

Keduanya memang berhubungan, tapi sensasinya berbeda. Dulu saat bingung, saya akhirnya memutuskan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam dan dari sana baru jelas perbedaannya. Saya juga sempat baca informasi tambahan dari RS EMC yang ternyata punya layanan khusus untuk pemeriksaan GERD dan gangguan lambung. Ini membantu saya memahami kondisi saya lebih dalam.

 

Kesalahan yang Dulu Sering Saya Lakukan

Hanya Mengandalkan Obat

Dulu saya berpikir selama ada obat maag, semua aman. Padahal kenyataannya gak sesimpel itu. Pola hidup saya berantakan: tidur larut, makan gak teratur, dan gampang kepikiran hal kecil.

Akibatnya, kambuhnya makin sering. Bahkan cuma baca pesan WA tertentu bisa bikin perut langsung panas. Dari situ saya sadar bahwa tubuh punya cara sendiri untuk protes ketika mental kelelahan.

 

Cara Saya Mengurangi Frekuensi Kambuh

1. Makan teratur dan pelan
Saya gak lagi makan buru-buru. Saya juga usahakan makan tepat waktu supaya lambung gak kosong lama.

2. Mengurangi makanan pemicu
Kopi dan pedas masih saya konsumsi, tapi jauh lebih terkontrol sekarang.

3. Latihan napas
Meditasi ringan 5 menit setiap pagi membantu menenangkan tubuh.

4. Tidur cukup
Begitu saya tidur terlalu malam, gejala biasanya langsung muncul besoknya.

5. Minum obat hanya saat perlu
Saya gak mau bergantung pada obat seperti dulu. Jadi sekarang saya minum hanya saat keadaan darurat.

Kapan Harus Ke Dokter?

Jangan Menunggu Parah

Kalo gejala gerd muncul berulang, panas di dada makin sering, atau sesak makin intens, saatnya konsultasi. Jangan nekat diagnosa sendiri. Saya dulu sempat bandel dan hasilnya malah makin berat.

Sekarang saya lebih cepat memutuskan untuk periksa. Biasanya saya konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam di RS EMC karena fasilitasnya lengkap, dan pemeriksaan GERD-nya cukup detail. Ini yang bikin saya merasa lebih tenang setiap kali gejala muncul.

***

Mengelola lambung itu proses panjang. Yang saya pelajari: pikiran, pola hidup, dan kondisi fisik itu saling terhubung. Selama saya mau mendengarkan sinyal tubuh, gejala gerd atau asam lambung ini jauh lebih terkendali.

Semoga pengalaman saya ini membantu kamu memahami perbedaan gerd dan asam lambung dengan cara yang lebih mudah dimengerti. Kalo gejala gak membaik, jangan ragu konsultasi ke tenaga medis, termasuk fasilitas seperti RS EMC yang punya layanan pemeriksaan lengkap.

 

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.