Mariana Yunita Hendriyani Opat: Pejuang Hak Kesehatan Anak

Perempuan dari Kupang yang Membuka Tabu

Saya pertama kali membaca kisah Mariana Yunita Hendriyani Opat beberapa tahun lalu, tepat setelah ia dinobatkan sebagai pemenang Satu Indonesia Awards 2020 bidang kesehatan dari Astra. Saat itu saya langsung kagum. Di tengah budaya yang masih menganggap tabu membicarakan soal tubuh dan seksualitas, Mariana — atau akrab disapa Tata — justru berani berdiri di garda depan untuk mengedukasi anak-anak di Nusa Tenggara Timur.Bagi banyak orang, membicarakan kesehatan reproduksi pada anak dan remaja bukan hal mudah. Tapi bagi Tata, diam justru bisa berakibat fatal. Ia sering bercerita bahwa banyak kasus kekerasan seksual terjadi karena anak tidak paham tentang tubuhnya sendiri. Di situlah misi hidupnya dimulai: membangun ruang aman dan edukatif agar anak-anak tahu bahwa mereka punya hak atas tubuh dan kesehatannya.

Dari Kupang, Suara Edukasi Itu Tumbuh

Setelah meraih penghargaan dari Astra, saya melihat semangat Tata tidak berhenti. Ia terus memperluas jangkauan programnya, Bacarita Kespro — singkatan dari “Bacarita Kesehatan Reproduksi”. Melalui program ini, ia mengajak relawan muda untuk masuk ke sekolah-sekolah dan komunitas, berbicara langsung dengan anak-anak dan remaja tentang pentingnya memahami tubuh dan menjaga diri.

Yang saya sukai dari pendekatan Tata adalah caranya yang lembut namun tegas. Ia tidak menggurui. Ia lebih banyak mendengar, lalu menjelaskan dengan bahasa yang sederhana dan dekat dengan keseharian anak-anak. “Kalau anak-anak tidak diajari tentang tubuhnya, orang lain yang akan mengajarkan dengan cara yang salah,” begitu katanya dalam sebuah wawancara.

Mengubah Pandangan Masyarakat

Bukan hal mudah untuk menjalankan gerakan ini. Tata sempat ditolak di beberapa tempat karena dianggap membawa “isu sensitif”. Tapi ia tidak menyerah. Perlahan, melalui kerja sama dengan guru, tokoh agama, dan pemerintah daerah, gerakannya mulai diterima. Banyak sekolah kini membuka sesi edukasi kesehatan reproduksi secara rutin. Menurut saya, ini kemajuan besar bagi daerah yang dulu tertutup soal pembicaraan seperti ini.

Selain itu, Tata juga melatih para guru dan tenaga kesehatan agar memiliki pemahaman yang benar dalam menyampaikan edukasi ke anak-anak. Dengan begitu, pesan yang ia sampaikan tidak berhenti di satu titik saja — tapi menyebar lebih luas.

Dukungan dari Astra dan Jaringan Sosial

Setelah menjadi pemenang Satu Indonesia Awards, Tata mendapat berbagai pelatihan dan kesempatan kolaborasi. Ia pernah bekerja sama dengan UNFPA Indonesia, lembaga PBB yang fokus pada isu populasi dan kesehatan reproduksi. Dari situ, saya melihat betapa kiprahnya makin matang: tidak hanya berbicara di komunitas, tapi juga di forum-forum nasional dan internasional.

Dukungan Astra membuat gerakannya semakin terstruktur. Ia belajar soal manajemen komunitas, keuangan sosial, dan komunikasi publik. Bagi saya, ini contoh nyata bagaimana penghargaan tidak berhenti di atas panggung, tapi benar-benar menghidupkan mimpi seseorang.

Perjalanan yang Masih Panjang

Saat ini, Bacarita Kespro sudah menjangkau ratusan pelajar di Kupang dan sekitarnya. Tata juga memperluas programnya ke daerah pedalaman, dengan pendekatan lokal agar pesan lebih mudah diterima. Saya sempat membaca sebuah artikel yang menyebut, kini banyak anak berani bercerita kepada guru atau orang tuanya ketika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang lain. Bagi Tata, itulah bentuk keberhasilan sesungguhnya.

“Perubahan tidak datang cepat, tapi saya percaya setiap anak yang berani bicara adalah langkah kecil menuju masyarakat yang lebih sadar dan peduli,” — Mariana Yunita Hendriyani Opat.

Inspirasi untuk Anak Muda Indonesia

Melihat perjuangan Mariana Opat membuat saya berpikir: keberanian itu menular. Dari satu orang yang berani memulai, muncul banyak orang lain yang ikut bergerak. Menurut saya, ini pelajaran berharga untuk anak muda Indonesia — bahwa perubahan besar bisa dimulai dari obrolan kecil di ruang kelas atau di halaman sekolah.

Di dunia yang serba cepat ini, kadang kita lupa bahwa edukasi dasar seperti menghormati tubuh sendiri dan orang lain adalah hal penting. Tata mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya soal akademis, tapi juga soal keberanian memahami diri. Dan dari Kupang, suara kecil itu kini bergema ke seluruh Indonesia.

Penutup

Saya percaya setiap perjuangan yang lahir dari niat baik akan menemukan jalannya. Kisah Mariana Yunita Hendriyani Opat membuktikan, penghargaan seperti Satu Indonesia Awards bukan hanya soal prestasi individu, tapi juga tentang bagaimana inspirasi itu mengalir ke banyak orang. Semoga makin banyak perempuan muda yang berani seperti Tata — bicara, bergerak, dan membawa perubhan dari hal-hal kecil.

#APA2025-KSB

 

Referensi:

  • https://elle.co.id/female-figure/mariana-yunita-hendriyani-opat
  • https://indonesia.unfpa.org/en/news/tatas-mission-break-silence-reproductive-health-east-nusa-tenggara-indonesia

 

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.