Agish Nursyeha: Kopi Yoi Seru dan Semangat Papua

Saya selalu percaya, setiap cangkir kopi punya cerita. Tapi kali ini, cerita yang saya dengar bukan tentang rasa pahit atau manisnya kopi, melainkan tentang perjuangan seorang anak muda Papua yang ingin membangkitkan semangat daerahnya sendiri. Namanya Agish Nursyeha Pranoto, pendiri Gie atau yang lebih dikenal dengan Kopi Yoi Seru.

Dari Jayapura, Agish menyalakan bara kecil di dunia kewirausahaan sosial. Ia nggak cuma menjual kopi, tapi juga menjual mimpi — mimpi agar potensi tanah Papua bisa diolah dan dibanggakan oleh orang Papua sendiri.

Dari Cinta Kopi, Tumbuh Rasa Bangga

Saya pertama kali membaca kisah Agish dari artikel penghargaan SATU Indonesia Awards 2021. Di sana tertulis bagaimana ia memulai perjalanan bisnis kopinya dengan niat sederhana: ingin menjembatani petani kopi Papua dengan pasar yang lebih luas.

Banyak petani di daerahnya belum tahu bagaimana mengolah biji kopi dengan standar kualitas tinggi. Padahal, tanah Papua menghasilkan salah satu biji kopi terbaik di Indonesia. Dari sinilah Agish mulai belajar, bereksperimen, dan melatih diri untuk jadi penghubung antara petani dan konsumen.

Ia turun langsung ke kebun, berdiskusi dengan petani, bahkan ikut dalam proses roasting. Semua dilakukan dengan prinsip fair trade — memastikan petani mendapatkan harga yang adil dan dihargai atas kerja keras mereka.

Bagi saya, langkah itu luar biasa. Karena di usia muda, Agish sudah memilih jalan yang nggak mudah: membangun usaha yang bukan hanya mencari untung, tapi juga memberi dampak sosial.

Tantangan di Balik Aroma Kopi

Saya membayangkan, membangun bisnis di Papua bukan perkara gampang. Selain infrastruktur yang masih terbatas, tantangan terbesar justru datang dari mentalitas. “Anak muda Papua harus berani mencoba dan percaya diri bahwa kita bisa,” kata Agish dalam salah satu wawancaranya.

Ia sempat mengalami masa-masa sulit: produksi belum stabil, kemasan masih seadanya, dan penjualan belum menentu. Tapi Agish nggak menyerah. Ia percaya bahwa setiap perjuangan harus dimulai dari langkah kecil, asal konsisten dan jujur dengan tujuan.

Dari sana, ia mendirikan Gie Coffee Lab — tempat belajar, berdiskusi, dan berbagi ilmu tentang kopi bagi anak muda Papua. Di tempat itu, mereka nggak cuma belajar cara menyeduh kopi, tapi juga tentang manajemen, pemasaran, dan semangat kolaborasi.

Sekarang, Kopi Yoi Seru jadi ruang bagi banyak anak muda untuk tumbuh bersama. Setiap cangkir kopi yang disajikan punya nilai: kerja keras, kemandirian, dan cinta pada tanah sendiri.

Menghidupkan Potensi, Bukan Sekadar Bisnis

Bagi saya, yang paling menyentuh dari kisah Agish adalah visinya yang sederhana tapi dalam: ia ingin agar orang Papua bisa bangga dengan hasil daerahnya sendiri.

Lewat Kopi Yoi Seru, Agish membuka peluang kerja bagi pemuda lokal dan memberdayakan petani kecil. Ia sering bilang, “Kalau kita mau maju, kita harus mulai dari hal yang kita punya.” Kalimat itu sederhana, tapi maknanya kuat banget.

Ia nggak hanya bicara soal wirausaha, tapi juga soal jati diri. Bahwa di balik secangkir kopi, ada nilai gotong royong, ada semangat belajar, dan ada keinginan untuk menunjukkan bahwa Papua juga bisa bersaing di pasar nasional bahkan internasional.

Berkat komitmen dan inovasinya, Agish terpilih sebagai penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021 bidang Kewirausahaan. Penghargaan itu menjadi pengakuan atas perjuangannya memajukan ekonomi lokal melalui cara yang beretika dan berkelanjutan.

Kopi yang Menyatukan Banyak Hati

Saya suka bagaimana Agish mengubah konsep kopi jadi sesuatu yang punya makna sosial. Ia sering mengadakan kopi bareng di kampus, komunitas, dan acara budaya. Bukan sekadar promosi, tapi untuk membuka ruang diskusi tentang potensi lokal.

Dari acara sederhana itu, muncul banyak ide baru. Anak muda jadi terinspirasi untuk ikut berbisnis, petani merasa dihargai, dan masyarakat mulai sadar bahwa kopi Papua punya kelas tersendiri.

Agish juga memanfaatkan media sosial untuk membangun jaringan dan promosi. Kopi Yoi Seru kini nggak cuma dikenal di Jayapura, tapi juga sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Semuanya dikerjakan dengan cita rasa khas Papua: hangat, jujur, dan penuh semangat.

Penutup – Secangkir Harapan dari Timur Indonesia

Menulis kisah Agish membuat saya merasa optimis. Bahwa di balik tantangan dan keterbatasan, selalu ada anak muda yang berani melangkah.

Agish Nursyeha Pranoto sudah membuktikan, bahwa wirausaha bisa menjadi sarana untuk membangkitkan potensi daerah. Ia mengajarkan bahwa bisnis nggak harus hanya soal uang, tapi juga soal hati — tentang bagaimana kita memberi manfaat bagi orang lain.

Dan setiap kali saya menyeruput kopi, saya akan selalu ingat kisah ini. Bahwa dari ujung timur Indonesia, ada aroma semangat yang nggak pernah padam: semangat dari tanah Papua, dari seorang anak muda bernama Agish, dan dari secangkir Kopi Yoi Seru yang menyatukan banyak hati.

#APA2025-KSB

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.