Saat kecil dulu, saya selalu melihat perawat sebagai sosok berseragam putih yang sibuk mondar-mandir membantu dokter. Tapi semakin dewasa, sudut pandang saya berubah. Apalagi setelah mendengar cerita teman-teman saya yang menjalani profesi ini, lalu akhirnya merasakan sendiri bagaimana perawat menjadi “penjaga harian” keluarga saya selama tiga tahun terakhir ketika bapak dan ibu saya bergantian opname.
Sebagai seorang blogger, saya mungkin gak pernah merasakan langsung beratnya jaga shift malam atau menghadapi pasien yang rewel. Tapi saya sering menjadi pendengar cerita, dan lebih dari itu, saya pernah menjadi penunggu pasien yang sangat bergantung pada perawat. Dari situlah rasa kagum itu tumbuh besar.
Asyiknya Profesi Perawat dari Cerita Orang Terdekat Saya
Teman-teman saya yang berprofesi sebagai perawat sering bercerita tentang dunia mereka yang penuh dinamika. Ada hari yang menyenangkan, penuh senyum pasien yang pulih. Ada hari melelahkan, penuh tekanan, emosi, dan keputusan cepat yang harus dibuat.
Mereka bilang profesi perawat itu unik karena setiap harinya ketemu banyak karakter manusia. Ada pasien yang ramah, ada yang mudah panik, ada yang penuh keluhan, ada yang hanya diam karena lelah oleh penyakitnya. Tapi pada akhirnya, mereka selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik.
Dari cerita-cerita itu, saya mulai sadar bahwa menjadi perawat gak cuma tentang urusan medis. Ada banyak sentuhan emosional di dalamnya: menenangkan keluarga pasien, memberikan kabar baik, bahkan kadang menyampaikan kabar yang berat.
Saya percaya, orang yang memilih profesi perawat memang punya panggilan hati.
Mengingat Masa-Masa Saat Saya Menemani Bapak dan Ibu Opname
Tapi titik paling kuat yang membuat saya benar-benar kagum pada profesi ini bukan hanya dari cerita teman. Melainkan dari pengalaman pribadi saya menjaga orang tua yang opname bergantian selama tiga tahun terakhir.
Masa itu adalah masa yang melelahkan sekaligus penuh pembelajaran bagi saya. Rasanya seperti hidup di antara ruang tunggu rumah sakit, kursi yang dingin, bau obat yang khas, dan bunyi monitor yang menyala setiap waktu. Tapi di balik semua itu, ada sosok perawat yang selalu hadir yang tampak ramah, tenang, dan cekatan.
Dilayani Penuh Kesabaran, Bahkan Tengah Malam
Saya sering melihat langsung bagaimana perawat datang ke ruangan, bahkan di jam-jam yang terasa mustahil bagi tubuh manusia. Dari tengah malam, dini hari, sampai pagi buta, mereka tetap melayani dengan senyum dan nada bicara yang lembut.
Ketika bapak saya mengeluh sesak, perawat datang dengan cepat dan sigap. Ketika ibu saya kesakitan perutnya, perawat memijat punggung dan menenangkan dengan kata-kata sederhana. Ketika saya panik, mereka menjelaskan kondisi orang tua saya dengan sabar, tanpa nada menggurui.
Saya masih ingat momen ketika salah satu perawat berkata, “Gak apa-apa, Mbak memang begini prosesnya. Yang penting kita terus pantau ya.” Kalimat itu sederhana, tapi rasanya seperti pegangan kuat buat saya yang sedang takut.
Dari situ saya benar-benar mengerti apa arti dedikasi seorang perawat. Profesi ini gak bisa dijalani setengah hati. Harus punya empati tinggi.
Sisi Asyik Profesi Perawat yang Saya Lihat dari Dekat
Meskipun melelahkan, profesi perawat punya sisi “asyik” yang sering diceritakan teman-teman saya dan saya lihat sendiri:
- Mereka punya banyak cerita: dari pasien lucu sampai pasien yang penuh kejutan.
- Selalu belajar hal baru: dari obat, tindakan medis, sampai membaca emosi manusia.
- Merasa bermanfaat secara nyata: setiap tindakan kecil bisa membuat pasien merasa aman.
- Hubungan manusiawi: bukan sekadar profesional, tapi juga menghadirkan rasa hangat untuk pasien.
- Lingkungan yang dinamis: gak pernah monoton karena setiap hari punya tantangan berbeda.
Buat saya yang pekerjaannya duduk depan laptop, profesi perawat terlihat seperti roller coaster emosional yang penuh makna.
Mau Jadi Perawat? Yuk Daftar Akper!
Kalau melihat dedikasi perawat, saya selalu terpikir: “Gak semua orang sanggup menjalani ini.” Tapi kalau kamu merasa punya panggilan hati, profesi ini luar biasa mulia.
Langkah awal untuk menjadi perawat adalah menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan (Akper). Di situlah fondasi teknik, etika, dan kemampuan perawatan dibangun.
Karena itu, kalau punya minat di dunia keperawatan, langkah pertama yang harus diambil adalah mulai dari Daftar Akper. Pilih Akper yang kualitas pendidikannya terjamin dan punya fasilitas praktik yang lengkap.
Pendaftaran Akper Persada Garuda Pusaka
Salah satu kampus keperawatan yang cukup dikenal adalah Akper Persada Garuda Pusaka (PGP). Kampus ini punya kurikulum yang disusun sesuai standar kompetensi nasional, fasilitas laboratorium yang baik, dan tenaga pengajar berpengalaman.
Mengapa Akper PGP Layak Jadi Pertimbangan?
- Kurikulumnya relevan dan mengikuti perkembangan dunia kesehatan
- Tenaga pendidiknya berpengalaman
- Lingkungan belajar mendukung
- Alumni cukup banyak terserap di fasilitas kesehatan
Untuk informasi lengkap soal syarat, alur pendaftaran, sampai formulir, semuanya bisa diakses di situs resmi mereka ya!
Rasa Kagum yang Gak Habis-Habis
Jika dulu saya hanya mendengar cerita dari teman, kini pengalaman saya sendiri menjaga orang tua membuat saya benar-benar menghargai profesi perawat. Mereka bukan hanya “orang berseragam putih”. Mereka adalah penjaga, penyemangat, penghibur, dan tangan pertama yang siap membantu kapan saja, bahkan ketika dunia sedang tidur.
Untuk kamu yang ingin mengikuti jejak profesi ini, saya salut. Semoga kamu bisa berkontribusi dalam dunia yang penuh ketulusan ini. Dan kalau siap menapaki jalannya, jangan lupa mulai dari memilih Akper yang tepat, termasuk Akper Persada Garuda Pusaka, yang sudah banyak melahirkan perawat berkualitas.