Miras oplosan, ada yang penasaran bagaimana rasanya? Pada artikel beberapa minggu lalu, saya bercerita tentang bahan campuran (oplosan) minuman keras yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Nah, sesuai janji saya, dalam artikel ini saya akan berbagi cerita tentang kisah nyata beberapa anak muda yang kehilangan masa depannya gara-gara miras oplosan.
Artikel sebelumnya: Oplosan Minuman Keras, Seberapa Bahaya Sih?
Iya, saya akui bahwa kepedulian saya terkait ini lumayan besar. Kekhawatiran ini tak lain disebabkan karena ada pengalaman pahit sebagai dampak dari bahaya miras oplosan. Baiklah, izinkan saya sedikit sharing terkait ini untuk menambah pengalaman bersama.
Berawal dari Pesta Miras Oplosan
Kebetulan saya memiliki usaha kost sederhana yang menyatu dengan rumah utama. Singkat cerita, seorang penghuni kost kebetulan berasal dari salah satu daerah di Indonesia Timur. Nah, dia memiliki sepupu (sebut saja si X) yang nge-kost di lokasi berbeda, yaitu area salah satu kampus swasta di Jogja.
Ceritanya, si X ini terbang ke Jawa karena ada urusan bisnis di Bandung. Namun karena adanya pandemi covid-19 ini, dia menetap sementara di Jogja.

Suatu hari (kalau tidak salah saat awal pandemi ini), si X beserta dua rekan lainnya mengadakan pesta miras oplosan di kost-nya. Berdasarkan informasi yang saya dengar dari beberapa temannya, mirasnya ini dioplos dengan bahan yang kemungkinan berbahaya bagi tubuh.
Meninggal Karena Menenggak Miras Oplosan
Penghuni kost saya yang tak lain adalah sepupunya tadi memberikan informasi bahwa tak lama setelah pesta ini diadakan, salah satu diantaranya (si peracik miras oplosan) meninggal dunia karena minuman tersebut.
Beberapa saat kemudian, disusul satu temennya lagi dengan penyebab sama. Nah, tinggallah si X ini yang masih bertahan, walaupun kondisinya kini sudah sangat mengkhawatirkan.
Ibarat kata sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Karena kondisi yang dianggap parah ini (mungkin karena menyebabkan kasus kematian tadi), si X diusir dari kost-nya lalu sementara waktu dibawa ke kost saya oleh sepupunya (penghuni kost saya) agar bisa merawatnya. Beberapa saat menginap di kost saya, kondisinya makin hari makin mengkhawatirkan.
Awalnya hanya batuk biasa, lama-lama saya dengar batuknya gak berhenti, disusul dengan muntah-muntah, berat badan menurun drastis, bahkan fungsi indra pendengaran & penglihatan juga berkurang.
Tidak semua makanan bisa diterima organ pencernaannya sehingga sehari-hari hanya bisa makan bubur. Nafasnya pun terdengar pendek dan terengah-engah, sehingga ia seperti kesusahan ngomong saat diajak berbicara oleh orang lain.
Satu hal yang ingin saya garisbawahi adalah frekuensi batuknya stabil, bahkan hampir 24 jam tak berhenti, kecuali saat ia bisa tertidur. Bisa saya katakan pula bahwa batuknya seperti batuk orang yang kebanyakan merokok.
Kondisi Tubuh Semakin Mengkhawatirkan
Melihat hal ini, tentu saya pribadi tak ingin mengambil risiko karena kondisi yang semakin mengkhawatirkan. Akhirnya, saya merekomendasikan anak kost saya untuk membawanya ke rumah sakit.
Setelah dibawa berobat, diagnosa dokter mengatakan bahwa si X ini terkena infeksi paru-paru di level yang dikatakan sudah parah. Nah, disini saya membuktikan sendiri bahwa miras oplosan bisa menjadi maut bagi penikmatnya.
Setelah berkomunikasi dengan pihak keluarga, penghuni kost saya akhirnya menemaninya pulang ke kampung halaman. Hasil tes rapid yang non reaktif menjadi modal mereka untuk melakukan perjalanan dan setelah sampai di sana, Si X langsung dirawat di Rumah Sakit terdekat.

Sebulan setelah pulang, saya sempat menanyakan bagaimana kondisi X dan diinformasikan bahwa ia sudah opname selama 1 bulan dan menunjukkan kemajuan kesehatan.
Ah, semoga benar-benar bisa sembuh, setidaknya segala risiko bisa diminimalkan jika dekat dengan keluarga. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Pesan untuk Anak-Anak Kost Saya Terkait Miras Oplosan
Begitulah sepenggal kisah yang saya alami saat ikut deg-deg an mengikuti perkembangan kondisi seorang anak muda, yang seharusnya saat ini ia sudah bisa menggeliatkan bisnis impiannya. Tapi sayang, karena tergoda dalam lingkaran pergaulan yang kurang baik, ia harus berjuang bertarung melawan penyakitnya.
Secara pribadi, saya sering mengingatkan anak-anak kost saya tentang masa depan mereka. Saya pernah muda, dimana proses pencarian jati diri dan menjadi pribadi yang lebih baik memang membutuhkan waktu yang panjang. Satu kunci yang bisa dilakukan adalah ikuti hal baik dan jauhi yang tidak baik.
1. Ingat Tujuan Datang ke Jogja
Melanjutkan pendidikan di kota Jogja menjadi impian sebagian orang. Bahkan mereka berbondong-bondong dari luar daerah menuju ke kota pelajar ini demi memumpuk ilmu dan mendapatkan gelar pendidikan sesuai harapan masing-masing,
Pada saatnya nanti ini akan menjadi bekal untuk mengembangkan diri. Di kota ini mereka akan bersosialisasi dengan teman-teman dari berbagai kota, tentu dengan beragam karakter. Pun, tak terkecuali cara mereka melepas penat pun bisa jadi kompakan, misal memilih tempat nongkrong yang aman dan asyik di kota Jogja ini.
Oleh karenanya, konsisten menjaga diri dari pergaulan yang tak baik itu penting dilakukan dan harus berani mengatakan ‘tidak’ untuk hal yang berpotensi merusak masa depan. Menghindari minuman beralkohol secara berlebihan atau pesta miras oplosan, misalnya.

2. Ingat Perjuangan Orang Tua
Hal berikut sangat sering saya lontarkan kepada beberapa anak kost yang kebetulan ada waktu ngobrol santai dengan saya atau suami. “Baik-baiklah selama disini, kasihan orang tua sudah banting tulang untuk membiayai kuliah kamu. Jangan sampai mereka kecewa ya…”, sepotong nasihat yang sering dibalas anggukan dari mereka.
Perjuangan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka tentu tak mudah. Harus mengeluarkan biaya banyak untuk hidup dan kuliah sang anak, disamping menanggung beban rindu karena harus jauh dari buah hati mereka.
Saya bersyukur, anak-anak di kost saya itu baik-baik. Semoga mereka bisa mewujudkan mimpi untuk menjadi orang sukses & bermanfaat bagi sesamanya.
Stay Safe Selama di Perantauan
Kisah ini sedikit memberi gambaran betapa mengerikannya dampak dari miras oplosan saat masuk ke dalam tubuh. Yang belum pernah mencoba, selamat ya karena kamu berkesempatan memiliki jiwa & raga yang sehat.

Agar tetap waras saat berjuang di perantauan, biasakanlah lebih bijak dalam memilih teman, ikuti hal yang baik dan hindari yang tidak baik. Satu lagi, minta perlindungan-Nya dimanapun berada. Yuk terus jaga kesehatan dan stay safe.
Riana Dewie
duh mbak, aku pertama baca judulnya aja serasa nggak percaya
kenapa anak berpendidikan bisa tersesat begitu
padahal sudah banyak korban yg diberitakan di media massa
gimana perasaan orang tuanya ya?
semoga bisa dijadikan pembelajaran buat anak kuliah yg lain
Iya Mbak Avy. Kasihan org tuanya. ikut sedih kalau inget 🙁
aku pengin punya kos2an kaya dirimu mbaaa
bisa nambah ‘sodara’ ye kan.
trus bisa memberi kebermanfaatan juga dgn anak2 yg masih kuliah atau pekerja (umumnya) first jobber
saran seperti yg kamu sampaikan udah bener buangettt mba
Makasih mbak Nurul. Saya bisa nasihatin, karena saya pernah kuliah & tahu beban org tua membiayai. Yuk mbak bangun kos2an buat nambah income 😍
Semoga pada sadar gak jauh-jauh dari miras ya. Aku juga dulu pas jualan sering lihat orang-orang minum campuran. Padahal ya udah banyak kasus, eh mereka gak tobat
Iya mbak Jiah, udah kayak penyakit ya. susah sembuh 😱
ngeri amat ya! dulu aku pengin ngekos keluarga jakarta gak boleh, padahal keluarga di jambi oke2 aja. mungkin krn yg di jkt tau klo di sna risikonya gak kecil makanya mrk gak kasih
Iya mbak Tari. Jakarta lebih keras mungkin ya mbak. Semoga kondisi membaik.
di sini juga banyak yg begitu mbaa. Ngga terkontrol. Kasiannya sama ortunya sih. Harapan udah dipupuk sama mereka tapi menguap sekejap mata karena kepengaruh sama gaya hidup yg ngga baik 🙁 suka sedih
Betul mbak Jihan. Smoga makin bnyk anak muda yg memahami bahaya miras oplosan.
Ngeri aku baca dari awal, Mbak. Anak muda memang godaannya besar sih buat ikuti kata teman atau pergaulan. PR banget buat membimbing anak-anak ke depannya. Padahal kalau dipikir, buat apa sih membahayakan diri sendiri dengan kecerobohan macam itu. Menyiksa diri sendiri apa enaknya, mending duit buat makan apa gitu yg enak atau investasi. Dibagi-bagi ke mana juga bagus. Kalau sudah terlanjur kan sulit keluar, untungnya masih terselematkan.
Iya mas Rudi. Miris bgt ya, maksud saya menulis ini biar makin memotivasi pembaca utk lebih berhati2 dalam bergaul.
serem ya?
Di jawa barat, khususnya Bandung juga banyak korban miras oplosan
Susah banget memberantasnya, karena mereka udah kecanduan
Selain pengguna miras, juga banyak yang ngelem
hiks sedih lihat golongan muda yang madesu ini
ngelem yg dihirup aromanya bikin nge-fly itu ya mbak Maria? Duh ngeri juga itu ya. Bandung soalnya kota besar
Amin mbak Dian. Doanya begitu.
Miras oplosan juga obat-obatan terlarang memang masih jadi PR di negeri ini.. dulu salah satu mahasiswa di kampusku juga ada yang meninggal karena miras dan konsumsi magic mushroom yang membuat dia halusinasi parah dan mau membunuh teman kosnya tapi pada akhirnya dia yang meninggal..
wah, magic mushroom? malah jarang denger ttg ini. Ternyata bnyk bgt ya bahan2 yg membahayakan tubuh tp nekat dikonsumsi 🙁