Literasi Digital, Sistem Belajar Baru di Era Pandemi

Literasi digital kini sedang hangat-hangatnya dibicarakan karena menghadirkan sebuah metamorfosis, yaitu dari konvensional ke digital. Drama apa saja yang hadir atas ini? Tentu setiap orang memiliki pengalaman unik dan tak jarang yang menganggap kehadiran literasi digital sebagai sebuah tantangan baru.

Ya, minimal tantangan untuk memanfaatkan smartphone, bukan hanya sebagai media komunikasi, namun juga media untuk menyelesaikan pekerjaan. Ada banyak hal yang menarik terkait ini, yuk kita kupas satu per satu.

Berkenalan dengan Literasi Digital

Di zaman sekarang, fenomena literasi digital kian meroket seiring berkembangnya teknologi digital yang memudahkan aktivitas seseorang setiap harinya. Tentu saja literasi digital sangat penting untuk dipahami dan diaplikasikan oleh masyarakat karena dapat menjadi modal baginya untuk belajar, bekerja atau aktivitas lain yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas waktu. Literasi digital hendaknya dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan hal positif.

Apa itu Literasi Digital

Dilansir dari id.wikipedia.org, Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.   

Dengan kata lain, literasi digital akan mengajak kita untuk memanfaatkan media digital demi menyebarkan berbagai informasi positif sehingga memberi manfaat bagi banyak orang.

Work From Home meningkatkan Literasi digital
Work From Home (pixabay.com)

Literasi Digital Merekoket di Masa Pandemi

Beberapa waktu lalu, dunia maya sempat dihebohkan dengan aksi emak-emak yang nge-gass banget saat membimbing anaknya menghafal Pancasila. “Satu, yang Tuhanan yang mana Esa”, ucap seorang anak laki-laki menirukan ejaan sang ibu tentang butir-butir Pancasila, yaitu sila pertama. Hahaha, bikin ngakak ya?

Wanita yang diberitakan bernama Ibu Lala ini adalah salah satu pejuang yang memprioritaskan pendidikan buat sang anak di tengah sulitnya menghadapi masa adaptasi pembelajaran semenjak adanya pandemi. Ya, para orang tua yang menggantikan peran sang guru bagi anak-anaknya tak jarang mengeluh karena beban tugas yang diberikan.

Pandemi covid-19 adalah salah satu penyebab literasi digital berkembang pesat di masa ini. Kini banyak orang terbiasa memanfaatkan aplikasi Zoom, Hangout, atau Google Class Room untuk sebagian besar aktivitasnya, baik untuk belajar, bekerja atau sekedar hiburan.

Belum lagi jika mereka tak terbiasa memanfaatkan teknologi dalam keseharian. Tentu saja, Pe-er orang tua jadi dobel, yaitu belajar memanfaatkan teknologi dan kedua, membimbing anak-anak agar lebih paham tentang tema pembelajaran yang ditugaskan oleh guru. Kegiatan belajar mengajar secara daring kian pesat manakala segala sistem distribusi tugas beserta laporannya dilaksanakan dengan sistem online.

Memperoleh Informasi dengan Cepat

Kebijakan social distancing memang tak dapat ditolak. Pembelajaran konvensional yang bermigrasi ke daring ini merupakan wujud work from home (WFH) yang dikampanyekan oleh pemerintah sejak awal pandemi. Tak hanya pelajar, para karyawan pun terpaksa bekerja dari rumah agar tetap produktif dan mendapatkan penghasilan demi melanjutkan hidup. Tak dapat dipungkiri, dunia kita sudah mulai mengaplikasikan gerakan literasi digital.

Walau literasi sendiri sesungguhnya mengacu pada proses membaca dan menulis, namun di era ini literasi telah berkembang pesat dan memiliki banyak variasi makna yang diaplikasikan ke berbagai bidang kehidupan. Literasi digital, teknologi, media, kesehatan dan sebagainya telah mengantarkan kita ke dunia yang lebih luas.

Tantangan dan Peluang

Literasi digital kini menjadi trend bagi sebagian masyarakat untuk menyelesakan berbagai pekerjaan mereka. Smartphone yang sebelumnya hanya berperan sebagai media untuk melakukan panggilan suara atau berkirim pesan, kini telah dimanfaatkan dengan lebih sempurna.

Apalagi para orang tua yang melabeli dirinya “gaptek” kini mau tak mau harus mengikuti prosedur kegiatan belajar mengajar via daring. Ya, agar sang buah hati tetap mendapat asupan ilmu yang cukup walau hanya berada di rumah.

Rendahnya Minat Baca Orang Indonesia

Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan di era pandemi, tentu saja literasi digital sangat berpengaruh didalamnya. Dengan literasi digital, setiap orang bisa mengakses informasi dengan  lebih cepat, lengkap, serta sistem yang serba mudah. Apalagi jika dihubungkan dengan minat baca orang Indonesia yang tergolong rendah, sistem ini bisa jadi menyeimbangkan.

Siapa hayo yang malas membaca? Ahay, saya ngaku deh diantaranya. Ya, ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Saat kita hidup di lingkungan orang-orang yang memiliki minat baca rendah, kita bisa saja terbawa untuk melakukan hal sama.

Membaca Buku
Membaca Buku (pixabay.com)

Belum lagi kehidupan masa sekarang yang serba instan bisa menjadi penyebab seseorang untuk malas belajar dengan cara membaca. Buat apa membaca panjang-panjang jika bisa menduplikasi milik orang lain? Jika ini terkait dengan tugas sekolah, mengkhawatirkan memang.

Membangun Minat Baca lewat Media Sosial

Belum lagi perihal perkembangan teknologi yang kini kian pesat dan selalu upgrade setiap waktu. Nah, khusus yang satu ini memang harus digarisbawahi, terutama keterkaitannya dengan literasi digital. Jika banyak orang malas baca buku, kenapa minat baca tidak ditumbuhkan melalui gadget dan media sosial?

Ya, maksud saya disini adalah bahwa media untuk belajar itu ada banyak, tak terkecuali dari smartphone yang kini anak-anak pun sudah bisa mengakses, baik itu miliknya sendiri maupun meminjam dari orang tua.

Ramainya pengguna gadget yang diimbangi dengan menjamurnya media sosial bisa tentu dapat memberikan pengaruh positif terhadap literasi digital. So, dalam hal ini pemanfaatan teknologi benar-benar tepat guna dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan.

Produktif Memanfaatkan Media Digital

Sebagai seseorang yang haus untuk menjajal berbagai media sosial, saya mempelajari perlahan tentang jenis media apa saja yang bisa saya masuki agar bisa berbagi dengan yang lain. Ya, kata berbagi ini tak melulu perihal rupiah ya, namun bisa dimaknai dengan berbagi ilmu, informasi, cerita dan hal-hal lain yang biasanya saya kemas dengan sederhana.

Terkait dengan ini, di awal tahun 2021 saya mendapat kado indah dari Tuhan karena saya dan 39 nama lainnya terpilih mengikuti kelas bergengsi untuk optimasi blog juga meningkatkan keterampilan menulis. Bahagia gak? Pastinya karena kelas ini sudah menjadi impian saya sejak akhir tahun lalu sehingga saya akan berjuang untuk tidak di-kick dari kelas yang katanya bikin banyak blogger depresi ini. Hihihi, canda coach.. 😀

Kelas Growth Blogger
Kelas Growth Blogger

Kelas Growth Blogger ini saya anggap sebagai media belajar dan sejalan dengan misi saya, yaitu ingin mengembangkan diri sesuai bidang yang saat ini saya geluti. Nah, materi pertama kelas Growth Blogger ini adalah tentang “Teknik Menulis dan Editing” yang disampaikan oleh mbak Gemaulani. Blogger yang telah menerbitkan aneka buku, baik solo maupun antologi ini memberikan ilmu menulis yang lumayan detail dan mudah dipelajari bagi kaum awam seperti saya.

Terimakasih Mbak Gemaulani, saya jadi bisa memperbaiki tulisan-tulisan saya yang amburadul dan kini bisa menjadi penyemangat saya untuk terus mengkampanyekan literasi digital untuk orang-orang di sekitar saya, baik di dunia nyata maupun maya.

Mengikuti jejak Mbak Gemaulani yang sudah banyak menelurkan karya-karya kece, saya juga mulai belajar untuk membangun literasi digital dengan cara sederhana. Baiklah, saya kasih bocoran sedikit saja ya. Hihihi…

1. Belajar Konsisten Menulis Artikel di Blog

Ya, menulis di blog adalah kegiatan yang harus saya paksakan karena rasa malas seringkali menyerang saya sewaktu-waktu. Saya banyak belajar dari teman-teman blogger yang sangat rajin update blog pribadinya sehingga membuat saya terpacu untuk mengikuti jejak mereka. Tak mudah memang, namun ada satu kepuasan tersendiri setiap kali saya menyelesaikan misi ini, yaitu berbagi dengan orang lain dan mengurangi beban di hati.

2. Instagram untuk Ber-Story Telling

Instagram itu ibaratnya mini blog yang bisa saya jadikan media untuk curhat, berbagi cerita sehari-hari atau mempromosikan tulisan blog saya. Hihihi… Terkait dengan literasi digital, membaca kisah di Instagram yang lebih ramping perihal jumlah tulisan disertai dengan foto menarik tentu memberikan sensasi yang berbeda jika dibandingkan dengan membaca tulisan blog yang panjang.

Harapan saya sih, dari cerita-cerita Instagram yang saya bagikan bisa memberikan feedback bagi pembaca, walaupun itu hanya berupa rasa ‘bahagia’.

3. Membangun Podcast Guyonan Ala Rakyat Jelata

Ada yang sudah memiliki channel podcast? Saya sudah bikin loh walau tergolong masih sangat sederhana. Berawal dari ide untuk mengisi waktu selama pandemi, akhirnya saya belajar sedikit demi sedikit tentang podcast bersama seorang partner.

Apa saya memiliki modal suara yang oke? Oh, tentu tidak. Hahaha… Kalau gak nekat, mungkin podcast guyonan yang bisa diakses di channel Anchor Warung Sismbok ini tidak akan terealisasi.

Tujuan saya sederhana, selain meningkatkan skill berbicara bagi seorang introvert seperti saya, podcast ini mengudara untuk tujuan menghibur. Ya, tak lain adalah untuk menyehatkan mental diri sendiri dan juga para pendengar agar tak terlalu tegang dengan perkembangan informasi terkait covid-19. Jangan lupa dengerin channel Warung Simbok ya 😀

Podcast Warung Sismbok sebagai hiburan di masa pandemi
Podcast Warung Sismbok sebagai hiburan di masa pandemi (pixabay.com)

Selamat Menyambut Literasi Digital

Yuk kembangkan diri dengan meningkatkan literasi, dalam hal ini adalah minat baca juga mengaplikasikan literasi digital sebagai modal kita untuk tetap menjaga kewarasan saat bermedia. Jangan lupa untuk selalu mencari kebenaran sebuah berita, melawan hoaks dan secara kreatif terus memproduksi konten positif demi memajukan bangsa.

Semoga masyarakat dapat menerima secara positif perkembangan literasi digital sebagai sumber untuk mendapatkan informasi akurat serta penyelesaian masalah dengan lebih efektif dan efisien. Dunia pendidikan di era pandemi pun mengangkat literasi digital sebagai ujung tombak dalam sistem belajar mengajar, terutama menawarkan cara transfer ilmu yang lebih cepat, mudah dan aman karena tanpa harus kontak fisik dengan yang lain.

Selamat menyambut literasi digital, semoga bijak memanfaatkan 🙂

44 pemikiran pada “Literasi Digital, Sistem Belajar Baru di Era Pandemi”

  1. Semenjak pandemi aku baru mengenal yang namanya google meet, zoom atau apalikasi aplikasi virtual lain nya hihi. Ternyata dengan aplikasi dan penerapan literasi digital bisa dimanfaatkan dalam keadaan untuk bertemu, berjumpa via daring.

    Balas
  2. Benar sekali mbak ada cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk membangun literasi digital. Asalkan hal tersebut dilakukan secara rutin pasti bisa meningkatkan kemampuan literasi digital kita. Terima kasih mbak atas tipsnya, nanti mau saya coba terapkan.

    Balas
    • Pandemi akhirnya memaksa orang utk lebih akrab dg dunia digital ya mbak. Yg keliatan banget sama aku, revolusi cara belajar anakku di rumah. Selain sekolah yg serba online, skr dia les pun online. Gak pernah kepikir sebelumnya kalo dia bakal punya guru les di surabaya dan jakarta, padahal anaknya ada di jogja 😄

      Balas
  3. Sekarang sudah memasuki era digital, maka literasi pun tidak hanya yang fisik tapi juga digital. Apalagi untuk menangkal hoaks, literasi digital sangat penting. Begitupun bagi blogger, literasi digital sangat penting untuk meningkatkan kualitas artikel blognya

    Balas
  4. Bener mba, literasi digital perlu banget apalagi lagi wajib WFH gini. Mau ga mau semua harus melek literasi secara digital.
    Btw sukses podcastnya ya

    Balas
  5. Ternyata instagram story telling bisa jadi wahana pembelajaran literasi digital ya kak. Emang sih orang lbh tertarik dengan sesuatu yg bergerak seperti gambar dalam video ..mungkin itu penyebab masih minimnya literasi untuk anak zaman now

    Balas
  6. iya ya, digital bisa jadi solusi untuk banyak hal dan pastinya akan mudahkan untuk belajar bagi siapa saja khususnya mereka yang malas membaca itu tuh

    Balas
    • Menarik nih, aktual dengan kondisi kita saat ini. Pandemi Covid-19 ada berkahnya juga, topik ini jadi perhatian. Tidak mudah sih, tapi gimana lagi. Dunia sekarang kan bergerak ke arah sana.

      Balas
  7. Di zaman serba digital seperti ini memang sudah seharusnya Literasi digital terus dikembangkan agar berdampak positif,
    Apalagi untuk Blogger, Influencer dan Publik figur karena dampak dari apa yang mereka share sangat luas 🤠

    Balas
  8. Hemmmm keren Miss, semoga banyak yang membaca tulisan ini, dan menginspirasi banyak orang untuk mau belajar dan terus belajar dengan membaca baik cetak maupun digital. Saya sih masih menunggu mood ya, untuk bisa menulis, tapi kalau membaca ini menjadi satu hal wajib yg harus saya lakukan minimal 30 menit perhari, dikit banget kan hehehe….. Masih berusaha konsisten dulu ntar terus ditambah deh, makasih tulisannya Miss Riana, sukses selalu untuk semua pilihannya.

    Balas
  9. Banyak cara untuk membangun diri dan pengetahuan. Buku dan media cetak berevolusi ke digital. Pandemi mempercepat evolusi itu karena sektor ekonomi dan aktivitas banyak dilakukan di rumah. Secara tidak langsung, kita mau tidak mau juga mesti membangun diri dalam literasi digital ya. Dan kalau kita pemain di dunia digital itu, baik blog dan media sosial, semoga pesan yang kita sebarkan juga membangun orang lain secara positif. 🙂

    Balas
  10. Terimakasih ulasannya kak. bermanfaat untuk saya yang sedang belajar tentang literasi digital, setidaknya ada bayangan bahwa mengikuti perkembangan teknologi itu memang wajib dilakukan.

    Balas
  11. Literasi digital ? Story telling ? Kata-kata yang kerap saya temui atau dengar saat orang bicara tentang dunia yang penuh bayang-bayang. Antara nyata dan tidak nyata, kemudian disebut maya.
    Tidak sedikit orang mencoba menunjukkan eksistensinya di dunia ini. Tidak salah . Tapi ini baru sebagian kecil dari sebuah kehidupan.
    Berkarya, apapun dan dimana pun bisa.
    Literasi di dunia baru itu salah satu cara belaja untuk membuka wawasan, mengenal dunia. Bukan satu-satunya.
    Pandemi Covid-19, seperti moment dimana DIA ngujo kita, “Nyoh….” Manusia seperti diujo yang dekat jadi jauh. Yang jauh jadi dekat,”
    DikasihNYA sekalian waktu yang lebih banyak. orang untuk belajar. Menyadari siapa dirinya sih di era digital?
    Sekedar branding, sekedar berbagi wacana atau memberi inspirasi untuk bertindak yang baik, saling peduli dan berbagi di dunia nyata.
    Masa Pandemi, masa untuk merenung sejatinya lewat bacaan baru. Disebut literasi digital. Atau malah sebaliknya sebagai tempat untuk melontarkan kata-kata penuh cacian dan makian.
    Selamat belajar.
    Gak ada kata akhir untuk belajar.

    Balas
  12. Setujuu banget mbak.. Pandemi memang memberi kita banyak pilihan, optimis atau pesimis, hanya diam atau berkarya. Aku juga lagi berjuang konsisten ngisi blog nih, tulisanmu jadi menginspirasikuuu, makasii sudah mau berbagi ilmu mbak.

    Balas
  13. Wah seneng banget ya mbak Riana bisa ikutan kelas growth blogger. Aku juga pengen tapi belum berani daftar. Hehe
    Pandemi covid-19 emang banyak bikin perubahan ya mbak. Aku tadinya juga ga pernah pakai zoom, google hangout dan sebagainya sekarang mau tidak mau harus bisa pakai. Pertama kali mau pakai zoom tuh aku sampai googling dulu dari internet. Hehe

    Btw sampai sekarang aku belum bisa konsisten nulis blog, semoga bisa ketularan mbak Riana biar rajin nulis blog. Story telling di IG juga masih bolong-bolong, hmm apalagi soal podcast belum tersentuh sama sekali. PR ku banyak nih. 😅

    Balas
  14. “Googling aja”, jawaban yg sering sy dengar saat penjawab belum tahu jawabannya, atau sedang asik berkegiatan lain dg gawainya. Digitalisasi memang perlu, mengikuti jaman. Literasi juga penting. Tanpa literasi (kemampuan dan ketrampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah), digital bisa menyesatkan dan menjadi tidak sehat bagi kita.
    Terima kasih mbak Ri sajian ulasannya, semangat untuk terus berliterasi digital 😊

    Balas
  15. pandemi ini emang bener bener ngasih pelajaran berharga banget🥺
    yang dulunya mungkin bisa seenaknya aja karena udah ada kerjaan yang tetap, sekarang kerasa banget kerjaan yg dijalani tiap harinya itu dibutuhkan banyak orang diluar sana..
    bener bener buat merasa bersyukur banget dg apa yang dipunya.. apapun yg d punya pas pandemi ini jd lebih d syukurin
    ngga perlu muluk muluk lagi. Apapun yg dikerjakan sekarang jadi pelajaran banget, Thankyou dear sister for the article! 💓

    Balas
  16. Zaman VUCA plus pandemi memang klop sekali untuk lahir dan berkembangnya literasi digital. Kita sebagai penggiat literasi juga mesti berbenah dan beradaptasi sebaik mungkin. Apalagi gempuran visual yang notabene lebih menarik jadi poin tersendiri bagi para pembaca

    Balas
  17. Suka banget yang bagian instagram untuk story telling. Kalau ngevlog edukatip bosen gak ya kak orang-orang? Ahahahahaa kayaknya asik vlogging tapi yang berguna utk temen2 like tips gitu ya kak?

    Balas
  18. Artikel bermanfaat Miss, membuka mata sy.. Jadi malu sendiri, kenapa saya masih suka malas membaca. Menulis juga belum bisa konsisten. Harus melawan kemalasan nih, biar gak nular ke orang terdekat, terutama anak. Semangaaattt…

    Balas
  19. waaah bener juga ya
    kita harus belajar menulis dengan konsisten. bagaimana mau ikut dalam meningkatkan literasi digital kalau menulis aja nggak konsisten hehehe

    Balas
  20. Ulasannya sangat luas dan memberi wawasan baru tentang literasi digital.. sesuatu yang belum ada berpuluh puluh tahun yang lalu.. semoga kita semua bisa mempelajari dan menerapkannya dengan baik

    Balas
  21. Wah informatif banget nih mbak Riana. Buat ikut dalam program literasi digital kita harus konsisten pada diri sendiri dulu untuk terus menulis dan berkarya melalui tulisan . Jadi semangat ih baca dan nulis 🤗😍

    Balas
  22. Setuju mbak! Terkadang yang dewasa saja susah untuk berkonsisten jadi mau tidak mau, siap tidak siap kita harus memperbaiki diri kita sendiri agar bisa konsisten dan menjadi contoh anak – anak zaman now!

    Balas
  23. Tertarik sama ide instagram untuk berstory telling, ini menarik. Aku juga suka follow orang2 yg banyak bercerita di caption ketimbang nonton foto no caption blas haha.

    Selamat Mba, dirimu ikut di kelas yg superrr banget nih 😁

    Balas
  24. Semakin ke sini semakin banyak yang harus dipelajari ya mbak, salah satunya literasi digital. Salah satu hal yang aku syukuri selama pandemi ya ini, aku jadi belajar menggunakan aplikasi zoom, Google meet, dll. Terus bantu adik ngerjain tugas, kuis online, mencari materi belajar. Serba digital deh.

    Btw, pengen juga bisa story telling di IG. Aku jadi semangat maj belajar nih.

    Balas
  25. kemampuan literasi digital memang sangat penting untuk saat ini bagi semua kalangan, agar kita bisa menggunakan informasi yang ada di internet dengan bijak dan cerdas. sehingga tidak ada lagi informasi-informasi yang tersebar merugikan banyak pihak dan malah merusak fungsi teknologi yang sebenarnya

    Balas
  26. Bacaan terakhir malam ini tentang literasi digital. Lumayan bikin mabok juga, he he. Ditambah mulai mengantuk karena seharian harus menatap layar gawai di ponsel dan tablet.

    Baca blog lebih nyaman di tablet meski baru sanggup beli layar 7. Itu juga untuk menunjang literasi digital anak yang terpaksa belajar daring.

    Masalahnya anak malah memanfaatkan tablet sebagai tempat main game daripada belajar. Itulah tantangab terberat saya sebagai orang tua.

    Oh ya, Warung Sismbok tenyata punya Kak Riana. Saya sampai harus konsultasi dulu pada Tiara mengenai isi konten waktu daftar jadi oeserta Indinesia Saling Follow soalnya kebanyakan podcast dan saya tidak bisa mendengar, he he.

    Tabik.🤗
    Sukses rerus dan semanhat menjadi penyebar manfaat.

    Balas
  27. literasi ini sebetulnya luas banget ya mba, nggak cuma soal melek baca tapi juga kemampuan kita untuk mencerna dan memahami tulisan. harapannya, literasi digital itu bisa menjauhkan masyarakat dari hoax2 yaa

    Balas
  28. Kemauan untuk mengikuti zaman ini penting banget.
    Semakin banyak belajar dan mengambil ilmu dari setiap media sosialnya dan saling berbagi kebaikan di era serba digital.
    Terus berkarya yang membawa informasi kebaikan dan sukses selalu, kak.

    Balas

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.