Kisah Inspiratif dari Gelaran “Produk Craft & Fashion Istimewa” di Pyramid Cafe Jogja

Jika selama beberapa hari Jogja diguyur hujan tanpa berhenti, siang itu (22/03/19) saya merasa beruntung karena cuaca cerahnya memuluskan rencana saya untuk bisa berjalan-jalan bersama sahabat di pameran “Pesta Kuliner Rakyat dan gelar Produk Craft & Fashion Istimewa” yang diadakan oleh Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta. Wuaaa, kulineran lagi? Iya dong, tapi yang pasti, saya kepo juga dengan produk craft-nya dipamerkan. Seheboh apa sih? Yuk Ikuti jalan-jalan saya.

Aroma nikmat Mie Des menyapa sesaat setelah saya memarkir kendaraan bermotor di Pyramid Cafe yang ada di Jalan Parangtritis, Bangunharjo, Sewon, Bantul, yang saya tempuh sekitar 20 menit dari rumah. Rasanya senang ya, selain melihat aneka kuliner dengan rasanya yang khas, juga kerajinan yang penuh dengan nilai seni tinggi, saya juga bertemu dengan banyak teman yang juga ingin menikmati pasar rakyat ini. Toss-lah, petualangan dimulai 😀

Setiap tahunnya, gelaran pameran produk seperti ini memang rutin diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY. Jika mendaftarkan usahanya di  sini, para pelaku UMKM akan mendapatkan kesempatan besar mempromosikan produknya melalui pameran yang diadakan tanpa pungutan biaya sepeserpun. “Acara ini fasilitas dari KUMP DIY, semuanya gratis. Jadi, mereka yang mengakomodir acara….”, jelas seorang pemilik booth di acara Pasar Rakyat ini.

Para Pelaku UMKM mengikuti seminar menarik sepanjang even

Sebuah panggung besar di antara pameran craft mencuri perhatian kala para pemilik UMKM duduk berkumpul menjadi satu untuk mengikuti berbagai menarik yang diadakan. Tampak pula pengunjung yang menikmati pernak-pernik kerajinan yang ditawarkan. Ada yang keheranan karena uniknya, ada pula yang tak segan mengeluarkan kocek untuk membawa pulang beberapa craft yang sukses memikat hati.

Kagum, satu kata yang ada dibenak saya tentang pameran craft ini. Benar, saya kagum dengan para pengusaha UMKM yang dengan setia merawat semangat mereka untuk mengembangkan produk semaksimal mungkin. Menjual produk sesuai passion, itulah satu kunci sukses yang dapat saya simpulkan dari mereka yang selalu menyapa ramah pengunjung.

Aneka Produk Seni Kriya yang Menarik dan Bernilai Seni Tinggi

Seni kriya itu apa sih? Secara sederhana, Seni Kriya bisa diartikan sebagai hasil karya seni yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan (hand skill) dengan memperhatikan nilai keindahannya juga aspek fungsional dari benda tersebut. Seni kriya atau yang sering kita sebut dengan “kerajinan” (craft) ini sebenarnya sudah berkembang sejak zaman pra sejarah.

Tembikar adalah salah satu seni kriya yang ditemukan, dimana benda ini dibuat dari tanah liat dan berfungsi sebagai wadah. Berkembang dari ke waktu, seni kriya yang satu ini tak hanya berkembang dari segi fungsinya, namun dari segi kemasan maupun visualisasi mengalami perubahan seusai zamannya. Wah, menarik ya.

Ya, sama menariknya dengan aneka kerajian yang terpajang di pameran “Pesta Kuliner Rakyat dan gelar Produk Craft & Fashion Istimewa” ini. Selain indah dipandang mata, kerajinan yang ditawarkan memang berkualitas dan memiliki nilai seni tinggi. Apa saja sih yang menarik di sini? Berikut beberapa produk yang sempat saya abadikan:

1. Seni Kriya Kayu

Dilihat dari namanya, tentu saja kerajinan ini berbahan dasar kayu. Benda ini biasanya dibuat dengan menggabungkan nilai fungsi dengan nilai keindahan. Nah, beberapa asesoris serta piring hias di pameran ini dibuat dari kayu.

2. Seni Kriya Batik

Siapa yang belum pernah melihat batik? Hihihi… Saya sih familiar ya, apalagi sebagai orang jogja pastinya sudah kenyang dengan “suguhan” aneka model pakaian bermotif batik. Nah, di pameran ini saya temukan juga, loh.

3. Seni Kriya Kulit

Nah, sesuai namanya, kerajinan yang satu ini dibuat dari kulit binatang, diantaranya kulit kerbau, badak, ular, sapi, buaya dan sebagainya.

Adakah yang hafal dengan tokoh pewayangan? Nah, kamu akan dimanjakan dengan sebuah booth yang menyajikan kerajinan wayang kulit juga asesoris lain yang terbuat dari kulit.

4. Seni Kriya Logam

Mengolah logam menjadi berbagai benda kerajinan memang asyik ya? Apalagi jika hasilnya lucu dan unik, seperti yang ada di pameran ini. Aneka kalung juga miniatur becak ini cocok juga buat hiasan di salah satu sudut rumah kamu.

5. Seni Kriya Lain-lain (Hiasan)

Karena saya kebingungan membagi berbagai kerajinan ini dalam beberapa kategori, mendingan saya share saja ya foto-foto lainnya yang mungkin bisa jadi inspirasi kamu untuk memajangnya di meja kerja atau kamar kesayangan. Ada yang terbuat dari plastik, kertas daur ulang atau tanah liat.

4 (Empat) Kisah Inspiratif dan Kreatif Para Pelaku UMKM dalam Mengembangkan Usahanya

Saya beruntung bisa hadir di even menarik ini. Bukan melulu karena tawaran produknya yang menarik, namun sisi lain tentang “nilai” perjuangan mereka yang konsisten memilih produk tertentu untuk bisa dikembangkan. Doa dan keyakinan yang kuat adalah modal untuk bisa bertahan di setiap usaha. Tentang bagaimana nasib usaha itu kedepannya, ya tinggal pintar-pintar kita saja mengelolanya secara inovatif dan berani “beda”.   

Saat berbincang dari hati ke hati, saya menemukan “kejutan” yang benar-benar membuat saya sadar bahwa setiap usaha memang butuh proses kreatif. Inilah beberapa kisah yang menginspirasi saya, baik dari pengusaha kerajinan maupun kuliner.

1. Nguri-uri Seni Kerajinan Wayang Kulit, Jepang salah satu Penikmatnya

Sugeng Prayogo, nama laki-laki paruh baya yang hingga kini masih merawat bisnis seni kerajinan wayang kulit sejak tahun 2009. Ia menyukai wayang sejak lama, hingga akhirnya berinisiatif membuat karya-karya sederhana ini mulai dari kecil-kecilan hingga produknya sukses go internasional ke Jepang, Norwegia dan negara-negara lainnya. Wow, keren 😀

“Iya, April ini saya full pameran di Jakarta…”, ungkap pemilik bisnis “Wahyu Art” ini. Hal yang bikin saya takjub, bahwa selain membuat kerajinan tentang tokoh-tokoh wayang, ia ternyata juga bisa berperan sebagai dalang. Itu loh, Dalang adalah tokoh yang memainkan boneka wayang; biasanya mendongeng tentang sebuah cerita pewayangan yang mengandung filosofi hidup.

Mengembangkan seni tradisional yang awalnya berkembang di Jawa ini memang tak selalu mudah karena berbagai kendala. Apalagi dia wira-wiri ke luar kota diantara padatnya pemesanan produk dari para klien. Nah, wayang kulit yang dipesan ini ternyata tak selalu sesuai aturan pakem, loh. Banyak juga yang memesan “wayang” dalam versi lain, dimana desain biasanya dikirimkan lewat email oleh klien.

Selain ikut pameran usaha seperti sekarang, pengusaha yang sering diundang sebagai pembicara di berbagai seminar bertema UMKM ini juga memasarkan produknya melalui Instagram walaupun belum maksimal. Selain wayang, ia juga memproduksi lukisan, kap lampu, tempat lilin, kaligrafi, pembatas buku juga aneka sovenir lainnya.

Eh, saya juga membeli pembatas buku bermotif wayang yang terbuat dari kulit kerbau. Harganya cuma Rp. 15.000, lumayan loh buat kenang-kenangan. Hihihi….

2. Memproduksi Kain “Mahal” dari Sampah-Sampah Daun

Lah, yang bener dibuat sampah daun? Beneran dong. “Mulfa Ecoprint”, usaha yang bisa dibilang masih yunior (2018) ini mampu menghasilkan produk dengan cara yang benar-benar go green. Ulfa, sang owner menuturkan bahwa usahanya ini memang butuh ketlatenan khusus untuk mendapatkan hasil terbaik.

Wanita berhijab ini mengembangkan bisnis ecoprint, yaitu teknik memotif daun dan bunga di atas dengan bahan dan pewarna alami. Sudah kebayang tentang prosesnya? Jika belum, sederhananya seperti ini. Kain dibuka pori-porinya (dimordan), bunga/daun/akar diletakkan diatasnya lalu dipukul-pukul dengan benda keras (misal palu, botol dsb).

Selanjutnya, bunga/daun/akar tersebut akan meninggalkan bekas warna di kain dan ini harus segera dikunci dengan larutan tawas/cuka agar tak pudar. Setelah diangin-angin dan kering, kain dicuci dengan deterjen untuk mengetahui kualitas warna yang sudah menempel. Jika hasilnya baik, produk lalu dipasarkan. Untuk range harganya sendiri, Ulfa mematok harga sekitar Rp. 140.000,- per meternya.

Pemilik akun Instagram @mulfa_ecoprint ini menuturkan bahwa jenis daun yang ia manfaatkan bukanlah daun yang bisa dimakan. Ia concern pada lingkungan dengan memanfaatkan daun-daun sampah atau yang tak terpakai. “Kalau daun jati ini khusus saya beli, karena yang bagus itu dari Gunung Kidul dan Pajangan…”, ungkapnya saat menjelaskan tentang asal daun jati yang ia gunakan. Selain jati, ia juga memanfaatkan daun bodhi, daun jarak, daun kalpataru juga daun-daun lainnya yang mengandung kadar tanin tinggi.

Katun primisima, dolbi, linen, blacu juga sutra adalah beberapa kain yang ia manfaatkan untuk mengembangkan usahanya ini. Diceritakan ada desainer yang mengajaknya bekerja sama dalam rangka suplai kain ecoprint karena hasil tangannya yang menarik dan indah. Gimana, tertarik untuk memiliki salah satu koleksnya? Saya sih sudah kepincut sejak pandangan pertama 😀

Muter-muter di pameran ini memang bikin lapar ya. Menikmati keunikan setiap kerajinan yang ditawarkan memang menguras tenaga. Kok bisa? Iya, kan pingin beli semua produknya tapi duitnya gak cukup. Hihihi… Ya sudah, biar kepala gak sepaneng, jajan dulu yuk ke booth kuliner yang sajikan menu menggoda. Nah, ada kisah inspiratif juga, loh dari para pengusaha kuliner di sini. Penasaran? Yuk ikuti kisahnya.

3. Mengembangkan Produk Bakpia Rasa Pisang, Anti Mainstream?

Usaha yang satu ini saya rasa memang anti mainstream ya. Hihihi… Jika biasanya kamu menikmati bakpia rasa kumbu, coklat, keju atau kacang ijo, kini kamu juga bisa menikmati sensasi bakpia rasa pisang yang rasanya tak kalah nikmat.

Bu Sum, pemilik usaha kuliner yang satu ini mengaku mengembangkan bisnis bakpia rasa pisang karena di desanya memang menghasilkan buah pisang dalam jumlah melimpah. “Semua (jenis) pisang bisa pada intinya. Cuma untuk meningkatkan harga, pisang raja bandung itu yang agak miring (harganya)…”, ungkapnya saat saya bertanya jenis pisang yang diolah untuk bakpia ini.

Nah, Bu Sum mengolah pisang menjadi bakpia ini ternyata baru 4 bulan terakhir. Sebelumnya, pisang-pisang itu diolah menjadi keripik dan dodol, dimana tingkat keawetannya lebih tinggi, yaitu sekitar 3 bulan. Sedangkan produk bakpianya hanya bertahan 7 hari karena semua produknya memang diolah tanpa bahan pengawet.

Jika kamu ingin borong oleh-olehnya, bisa banget mampir ke showroom-nya, “Pusat Oleh-Oleh Yu Sum” yang berlokasi di Jl. Parangtritis km. 21, Bantul. Harga 1 box bakpianya cuma Rp. 17.000 kok, saya juga beli untuk oleh-oleh orang rumah 😀

4. Layanan Delivery Mie Des Bu Sudarmi, Siapa Mau?

Ada yang sudah pernah menikmati Mie Des? Saya sih beberapa waktu lalu suka diajakin teman untuk menikmati kuliner yang satu ini di daerah Pundong, Bantul. Memang benar, Pundong populer dengan kuliner Mie Des, termasuk usahanya Bu Sudarmi. Sejak awal tahun 2000, ia menekuni kesibukannya mengolah Mie Des, walaupun pada saat itu masih ikut orang.

Saat Mie Des makin digemari, Bu Sudarmi memutuskan untuk membuka usaha ini secara mandiri dibantu sang suami di tahun 2015 hingga saat ini. Mie Des sendiri adalah jenis mie yang dibuat dari tepung ketela (tapioka) yang bisa diolah dengan cara digoreng maupun direbus, seperti olahan mie lainnya.

Memiliki banyak pesaing di sekitar tempat usahanya, Bu Sudarmi mengaku pasrah karena rejeki setiap orang sudah ada yang mengatur. Namun ada satu keunikan usaha mie desnya ini, yaitu melayani delivery order. “Ya cuma melayani online-an, ya sama itu kalau ada pesta-pesta pernikahan…”, ungkap bu Sudarmi dengan semangat sambil membuatkan pesanan saya.

Melayani online dalam hal ini adalah melayani pemesanan mie des, baik dari telepon/SMS/WA lalu nanti diantarkan oleh sang suami ke rumah pemesan, tentu saja untuk area yang tak jauh dari rumah. Wah, canggih bener ya bisnisnya, udah bisa nyaingin cara pesan makanan yang via online itu tuh. Hihihi..

Penampakan Mie Pentil dengan harga Rp. 2.000,- per bungkus

Menurutnya, pameran Pasar Rakyat ini membawa dampak yang baik karena produknya memang disukai pengunjung, sekaligus memperkenalkan menu ini bagi mereka yang belum tahu. Kamu kapan mau icip Mie Ds-nya? Rp. 10.000,- saja gaes. Ada yang lebih murah, sebungkus mie pentil cuma Rp. 2.000,-. Serbuuuuuu 😀

Kemasan Produk harus Punya “Identitas”

Selain memajang kerajinan, workshop bertema “Kemasan Produk” juga diadakan untuk memberikan edukasi kepada seluruh pelaku UMKM yang tergabung di pameran ini. Bahkan, para pengusaha diajak berinteraksi untuk sharing permasalahan mereka terkait kemasan produk.

Lingga, pemateri seminar ini memaparkan bahwa kemasan memiliki banyak fungsi. Apa saja itu?

  1. Kemasan produk itu ada tiga bagian, yaitu Primer (bersentuhan langsung dengan produk), Sekunder (bersentuhan dengan kemasan primer) dan Tersier (bersentuhan dengan kemasan sekunder).
  2. Usahakan memiliki kemasan yang menampilkan “identitas”. Misalnya, tertulis nama brand dan CP pada tas/box kemasan makanan. Ini lebih menguntungkan karena bisa dijadikan sebagai media promo.
  3. Pilihlah kemasan yang simpel namun mudah dibawa. Misal, toko bakpia sering memberikan kemasan khusus berupa kardus yang ada tentengannya untuk pembelian 10 box bakpia. Ini bertujuan agar pembeli lebih nyaman membawa produk dalam jumlah banyak. Jika tidak ada kemasan seperti ini, mungkin bakpia yang dibeli bakal lebih sedikit lantaran tidak ada media nyaman untuk membawanya.

 ***

Itulah hasil jalan-jalan saya selama berada di pameran “Pesta Kuliner Rakyat dan gelar Produk Craft & Fashion Istimewa”. Ya, semua memang istimewa, mulai dari produk yang ditawarkan hingga kemasan acara yang simpel namun mengena. Asyik banget 😀

Terimakasih buat Dinas Koperasi dan UKM DIY atas even menarik yang diselenggarakan tanggal 22-23 Maret 2019 ini, juga PLUT-KUMKM DI Yogyakarta yang selalu mendorong UMKM DIY untuk terus mengembangkan potensinya demi meningkatkan kesejahteraan bersama. Banyak kenang-kenangan yang saya dapat dari even ini, diantaranya kegigihan dan kreativitas. Saya tunggu pesta rakyat yang selanjutnya ya 🙂

Riana Dewie

(Foto dokumentasi Riana Dewie & Vika Kurniawati)

27 pemikiran pada “Kisah Inspiratif dari Gelaran “Produk Craft & Fashion Istimewa” di Pyramid Cafe Jogja”

  1. Ya Allah~
    Cantik-cantiknya…
    Aku selalu yakin bahwa apa yang dimiliki di alam Indonesia akan menghasilkan sebuah karya seni yang indah.

    Aku naksir sama kain batiknya yang pink…soft banget warnanya.

    Balas
  2. Motif ecoprint ini kayaknya memang lagi ngehits ya. Beberapa temanku suka posting lagi bikin mitif ecoprint gini di baju atau kerudung. Jadi pengen nyoba bikin juga.

    Balas

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.