Cerita Ayah dalam Novel “SINDI”, Bikin Baper!

Cerita ayah memang selalu membuat rindu bagi sebagian orang. Nah, untuk mengobati rindu kamu, boleh gak sih kalau saya coba review sebuah buku? Ahay, terasa asing dan baru bagi saya sih. Iya, tak kuat baca buku kelamaan membuat saya menutup buku lebih cepat hingga akhirnya bacanya gak sampai finish. Ehmm, sedihnya 🙁

Tapi, beda loh sama buku yang satu ini. Butuh 100 menit saja kira-kira untuk sukses ‘menyelesaikan’ hingga lembar terakhir. What?

‘Sindi (Ayah Bilang Hanya Langit Batasnya)’, sebuah judul buku yang masih anget banget, ibarat kue yang baru keluar dari oven. Diterbitkan pada September 2020, buku bergenre drama remaja ini mengangkat kisah seorang anak yang rajin menjemput sang ayah di terminal saat jadwal pulang kerja.

Cerita Ayah Mengoyak Emosi Pembaca

Novel ini terinspirasi dari kisah Hugo Carbet. Seorang anak manis, Sindi, duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Ia tumbuh dengan luka batin semenjak kecil, juga secuil masalah dalam bersosialisasi. Namun jangan khawatir, aneka cerita ayah dan neneknya yang tak lelah melimpahkan kasih sayang mewarnai hari-harinya.

Alur ceritanya membuat hati saya “salto” berkali-kali. Iya, banyak kisah ekstrim dari seorang anak umur belasan yang sukses mengoyak emosi saya. Ikut sedih dan kecewa, pasti. Sempat saya membayangkan, bagaimana kalau saya jadi Sindi? Ah, gak bakal setegar itu pasti.

Dan… Luka batinnya terus menganga ketika ia harus menghadapi beberapa tantangan hidup. Jadi seperti apa keseruan ceritanya? Akankah ia bertahan? Ah, baca sendiri ya novelnya.

Hubungan Emosional Kuat dengan Ayah

Tentang ayah, salah satu bab dalam novel SINDI (dok. Riana dewie)

Sang penulis, Usup, memberikan sentuhan ajaib pada novel ke-enam-nya ini. Ya, dari pengalaman saya pribadi, anak perempuan cenderung dekat, bahkan sangat dekat dengan ayahnya. Kalau kata orang, ayah adalah cinta pertama bagi si gadis.

Dan inilah yang diangkat menjadi beberapa sub judul dalam kisah 119 halaman ini. Sekelumit cerita ayah dan perjalanan hidup disajikan dengan imajinasi yang unik. Ayah idaman, itulah salah satu karakter kuat dari sosok ayah di novel ini. Tak pernah lelah memberi support, kehangatan, nasihat serta cinta untuk Sindi.

Rindu akan kedatangan sang ayah dari tempat kerjanya membuat Sindi terus memiliki harapan baik. Ah, ini mahal banget sih nilainya. Oh ya, kamu sempat gak sih memupuk harapan baik saat hadapi masalah berat?

Quote Favorit yang Menyematkan Nilai Hidup

Beneran deh. Setiap bait ceritanya membuat saya penasaran untuk membaca dan terus membaca hingga akhir. Baguslah, cerita ayah yang satu ini lumayan mengembangkan mental saya dengan sebuah pengalaman baru.

Oh ya, saya menemukan beberapa kutipan manis nih yang membuat hati saya tersentuh.

Pertama, “Ayah akan mengawasimu selalu, walau ayah tak ada”
Membaca percakapan Sindi dan sang ayah ini, pikiran auto melayang hingga bikin saya baper parah. Gimana ya, banyak kisah pribadi saya bersama bapak yang memang manis untuk diceritakan.

Tanda tangan penulis (dok. Riana Dewie)

Sedari kecil, bapak sering mengajak saya keliling kota, juga beberapa kali naik kereta api berdua. Seperti yang kita rasakan bersama, kasih sayang orang tua memang tak ada batasnya hingga akhir hayat.

Kedua, “Jadilah anak yang baik dan luar biasa, nenek tahu, kamu sangat suka menulis, jadi kembangkan…”
Salah satu percakapan Sindi dan sang nenek yang sangat menyayanginya. Berasa saya sendiri yang diberi nasihat baik ini, apalagi dukungan besar perihal menulis. Sebuah hobi sederhana yang saya lakoni sedari kecil hingga hari ini.

Biar gak penasaran, ini loh buktinya: Menyulap tembok kamar sebagai media corat-coret

Baiklah, buku manis yang diterbitkan oleh Gunawana Lestari ini membawa nilai positif. Kurang lebih bercerita tentang cinta dan perjuangan. Disajikan apik oleh penulis dengan kata-kata ringan, novel ini sukses memancing imajinasi liar saya untuk berada ‘di sana’. Ya, tentang cerita ayah dan terminal dalam sunyinya.

Novel “Sindi” Menjangkau Segala Usia

Penulis yang memiliki nama asli Ahmad Yusuf ini memberikan pesan kecil kepada pembaca, yaitu tidak ada batasan untuk meraih mimpi. Kembangkan imajinasi, kembangkan potensi, karena segala karya baik bakal bisa diraih asal kita mau memperjuangkan.

Novel tentang cerita ayah ini baik dibaca oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Jika anak belum bisa membacanya, setidaknya orang tua bisa translate dalam kisah dongeng yang lebih ringan & menyenangkan.

Gimana gak membuat membuat saya bernostalgia coba? Kedekatan saya dan bapak bahkan terjalin hingga hari ini, tak pudar ditelan waktu. Sweet banget pokoknya, termasuk band legend kesukaan juga sama loh.

Emang suka band apa sih? Yuk kepoin artikel: Saya, Bapak, dan Koes Plus

Andai ada level penilaian dari 1 hingga 5, saya memberi nilai 4 deh untuk buku ini.

Novel SINDI karya Mas Usup (Dok. Riana Dewie)

‘Sindi (Ayah Bilang Hanya Langit Batasnya)’. Buat kamu yang penasaran ingin membaca kisahnya secara full, ingin ikut deg-deg-an kayak saya karena alurnya yang tak tertebak, boleh banget hubungi akun IG @usup_writers. Psssst, pas banget sama kantong mahasiswa loh, gak sampai 30-ribu, gaes 🙂

Riana Dewie

20 pemikiran pada “Cerita Ayah dalam Novel “SINDI”, Bikin Baper!”

  1. semua yang berhubungan dengan ayah, pasti bikin baper
    “cinta pertama” untuk semua para gadis
    baca review mbak riana jadi pingin menulis tentang ayah
    makasih sharingnya mbak

    Balas

Tinggalkan komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.