Cara mengatasi berita hoax yang makin meresahkan memang harus diperjuangkan bersama. Ada yang sering mendapatkan banyak informasi dari grup aplikasi pesan Whats App? Di grup keluarga misalnya, mungkin informasi bergulir dengan mudahnya. Namun, ternyata tak semua informasi yang disebar itu benar. Bagaimana menyikapinya?
Nah, inilah yang saat ini sedang menjadi masalah besar di sekitar kita. Mudahnya seseorang menyebarkan pesan melalui media sosial ternyata berbanding lurus dengan perkembangan hoax di masyarakat. Kebayang gak berapa ratus kali pesan ini tersebar hanya dalam hitungan menit?
Cek Fakta Kesehatan Informasi Demi Melawan Hoax
Pertanyaan selanjutnya adalah berapa jumlah orang yang ikut tenggelam dalam berita hoax tersebut? Apalagi banyak diantara mereka yang enggan untuk mencari tahu kebenaran tersebut alias mengikuti arus yang ada.
Nah, mulai sekarang jadilah netizen cerdas yang menyaring semua informasi yang masuk serta memahami cara mengatasi berita hoax. Diolah dulu dan jika menemukan kebenaran sebuah berita, silakan disebar untuk menambah manfaat bagi orang sekitar.
Salah satu cara saya untuk mengantisipasi ini adalah dengan mengikuti workshop tema “Cek Fakta Kesehatan” untuk melawan hoax kesehatan selama pandemi covid-19. Banyak informasi menarik yang saya dapatkan dari acara ini. Seperti apa serunya? Baca sampai selesai ya 🙂
Apa itu Hoax?
Hoax adalah sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun dijual sebagai kebenaran, menurut Silverman (2015). Hoax bukan sekedar menyesatkan, namun informasinya banyak yang tak memiliki landasan faktual.
Ya, berita palsu ini disajikan sangat ‘empuk’ sehingga banyak orang percaya bahwa ini seakan-akan serangkaian fakta. Oleh karenanya, setiap orang wajib memahami cara mengatasi berita hoax yang makin meresahkan.
Tujuan Orang Menyebar Hoax
Bagaimanapun juga, kita harus memiliki cara cerdas mencegah penyebaran hoax di media sosial. Ini karena ada banyak motif dan tujuan seseorang menyebar hoax. Mulai dari yang paling ringan, dimana tujuan awalnya kadang hanya sekedar lucu-lucuan atau buat iseng.
Ada pula yang sengaja membuat provokasi, partisanship, atau motif ekonomi seperti cari uang lewat judul clickbait. Gerakan politik dan propaganda pun tak luput dari tujuan orang menyebar hoax.
Tentu saja, ini marak terjadi karena pelaku penyebar hoax tidaklah sedikit, ditambah lagi sistem literasi masyarakat kita yang masih rendah. Oleh karenanya, mari mulai sekarang berjuang untuk memahami cara mengatasi berita hoax agar tidak semakin merugikan banyak orang.
Sejarah Perkembangan Hoax
Workshop yang digawangi oleh Tempo.co bekerjasama dengan Tempo Institute dan Facebook Journalism Project ini membuat saya flasback ke masa lalu. Ya, pikiran saya melayang sambil bertanya, hoax ini marak terjadi sejak kapan sih?
Nah, dari informasi Mbak Ika Ningtyas selaku narasumber di sesi pertama worskshop ini, hoax mulai panas-panasnya beredar sejak pemilihan presiden 2014 yang gencar dikampanyekan lewat media sosial. Tujuannya? Tentu saja untuk menjatuhkan citra lawan politik dengan cara kampanye hitam (negatif).
Nah, seiring berjalannya waktu, kiprah hoax menjadi-jadi, apalagi terkait pemberitaan Covid-19 akhir-akhir ini. Ada saja oknum yang hobi menyebarkan berita bohong yang pada akhirnya berimbas pada kepanikan masyarakat dan terbawa dalam berita hoax tersebut.
Mengenal Disinformasi dan Misinformasi
Ah, saat ini dunia memang sedang gunjang-ganjing terkait isu pandemi. Ternyata hal ini sempat dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab yang sengaja menyebar berita bohong untuk mengelabuhi masyarakat.
Dalam bahasa sehari-hari, Mbak Siti Aisah dari Facebook’s Global Health Fellow sebagai narasumber di hari-2 workshop ini menginformasikan bahwa penyebaran berita seperti ini disebut dengan disinformasi. Cara penyebaran hoax model begini memiliki tujuan yang beraneka ragam, bisa untuk mengancam, menipu bahkan membahayakan orang lain.
Istilah lain yang juga erat dengan penyebaran hoax adalah misinformasi. Secara kadar bisa dianggap lebih ringan kerena si penyebar sesungguhnya kurang paham bahwa informasinya memang salah. Tujuan dia baik, yaitu memberikan informasi bahkan tidak ada tendensi negatif dari ini.
Contoh Berita Hoax tentang Covid-19 yang Beredar di Masyarakat
MISINFORMASI
Setelah memahami apa itu disinformasi dan misinformasi, saya mendapatkan ilmu lanjutan dari workshop ini. Apa saja sih contoh berita hoax yang beredar di masyarakat dan pengaruhnya dalam waktu tertentu?
Ternyata ada banyak jika mau dibikin list. Salah satu informasi yang pernah saya dapatkan adalah ‘minum jamu-jamuan bisa menyembuhkan virus covid-19 dengan cepat’. Saya percaya, si penyebar sesungguhnya memiliki niat baik untuk memberikan informasi cara menanggulangi covid-19 dengan bahan-bahan tradisional dan aman bagi kesehatan.
Namun ternyata informasinya kurang valid karena memang belum ada penelitian ilmiah oleh para ahli. Andai dibahasakan lebih ringan, misalnya ‘ramuan jamu itu bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh’, bisa jadi ini lebih bisa diterima dengan logika yang positif. Nah, berita tersebut adalah contoh misinformasi.
DISINFORMASI
Sedangkan contoh dari disinformasi adalah pada saat ada isu terkait uji coba vaksin Covid-19 pertama kali. Saat itu beredar di media sosial bahwa uji coba vaksin Virus Corona atau Covid-19 dari China hanya dilakukan di Indonesia.
Hal lain yang meresahkan adalah si penyebar informasi ini mengatakan bahwa Indonesia hanya dijadikan kelinci percobaan vaksin Covid-19. Ada yang pernah mendengar ini juga? Dari informasi yang tertulis di website kominfo.go.id, berita ini adalah salah.
Ya, uji klinis tahap 3 untuk vaksin ini dilakukan juga di Turki, Brasil dan Bangladesh. Tahap 1 dan 2 sebelumnya telah diujikan di negara China sendiri.
Bagaimana Cara Mengidentifikasi Situs Abal-abal?
Rasa emosional saya sempat membuncah karena tak sedikit orang yang menyebarkan hoax tanpa tanggung jawab. Bahkan menurut Menkominfo, ada 900 ribu situs penyebar hoax, loh. Ngeri banget gak sih?
Syukurlah, angin segar dihembuskan dari workshop tema “Cek Fakta Kesehatan” yang diadakan Tempo ini. Jika menemukan berita baru yang kurang meyakinkan atau cenderung negatif, sebaiknya kita cek dulu faktanya. Tentu, ini salah satu langkah untuk mengurangi risiko hoax yang semakin tersebar di berbagai media sosial.
Lalu, bagaimana sih cara mengatasi berita hoax? Ada banyak yang bisa dilakukan, diantaranya adalah mengidentifikasi situs abal-abal dengan cara berikut:
1. Yuk Cek Alamat Situs
Pernah meragukan sebuah berita? Kamu bisa langsung cek saja ke situswho.is atau domainbigdata.com untuk mendapatkan pencerahan.
2. Cek Perusahaan Media
Selanjutnya, kamu juga bisa melakukan pengecekan perusahaan media melalui direktori Dewan Pers, yaitu ke dewanpers.or.id/data/perusahaanpers. Ya, walau ada beberapa media kredibel yang tidak berbadan hukum.
3. Cek Detail Visual
Langkah ini dilakukan secara manual ya, misal cek logonya, apakah kualitasnya jelek. Ada pula situs hoax yang sengaja membuat logo atau tampilan web menyerupai media mainstream.
4. Apakah Banyak Iklan?
Mencari click untuk menambah pundi-pundi uang? Bisa banget. Jadi, wajib hati-hati dengan situs yang banyak iklannya.
5. Amati Ciri Pakem Media
Tulisan jurnalistik tentu ada pakemnya kan? Nah, amati apakah hal ini kredibel atau tidak, bisa dari cara menulis tanggal, hyperlink mengarah kemana, siapa narasumber, siapa penulisnya dsb.
6. Cek About Us
Nah, “About Us” yang ada di laman situs media adalah langkah penting untuk cek kebenaran berita. Apakah ada alamat jelas, siapa penulisnya (media abal-abal biasanya anonim). Media kredibel berani mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber.
7. Curigai Judul Sensasional
Ada yang pernah membaca judul sensasional? Hati-hati ya, bisa jadi ini hanya memancing kamu agar klik kesitusnya. Agar tak termakan hoax, baca beritanya hingga selesai.
8. Bandingkan dengan Media Mainstream
Kamu bisa membandingkan berita ini dengan mengeceknya ke situs media mainstream. Cek keduanya, apakah ada informasi yang berbeda atau sengaja diplintir? Hal ini juga penting sebagai cara verifikasi dari sumber pertama dan melihat konten aslinya.
9. Verifikasi Foto: Google Reverse Image
Untuk mengetahui apakah sebuah foto itu hoax atau tidak, kamu bisa cek foto ini dengan Google Reverse Image. Nanti akan muncul semua foto serupa, karena situs abal-abal terbiasa mencuri foto dari media lain.
10. Verifikasi Video
Nah, untuk melakukan verifikasi video, kamu bisa lakukan dengan dua cara. Pertama, langsung ketik kata kunci (keyword) di mesin pencari atau media sosial. Kedua, kamu bisa memfragmentasi video menjadi gambar (menggunakan tool InVID) lalu identifikasi dengan Google Reverse Image.
***
Tren buruk penyebaran hoax ini harus kita hapus secara perlahan. Hal kecil yang bisa kita lakukan sejak dini adalah kesadaran untuk cek kebenaran sebuah berita, minimal dengan langkah dari 10 poin di atas.
Ya, setidaknya beberapa cara mengatasi berita hoax yang makin meresahkan kita pahami dan praktekkan. Tidak ada ruginya kok, justru kita berkontribusi membantu pemerintah untuk melawan hoax di Indonesia. Selamat mencoba 🙂
Riana Dewie
waspada berita hoax tersebar luas di internet